Selasa 15 Dec 2020 17:43 WIB

Ekonom: Surplus Dagang 2020 Bisa Capai 20 Miliar Dolar AS

ekspor Indonesia sepanjang November 2020 mencapai 15,28 miliar dolar AS

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Suasana aktifitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (25/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan Indonesia sepanjang Januari-November 2020 mencapai 19,66 miliar dolar AS.
Foto: ARNAS PADDA/ANTARA
Suasana aktifitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (25/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan Indonesia sepanjang Januari-November 2020 mencapai 19,66 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendiy Manilet, mengatakan, pencapaian surplus dagang yang terjadi pada Januari-November 2020 diyakini berlanjut hingga akhir tahun ini.

Yusuf mengatakan, kinerja ekspor Indonesia pada November 2020 berhasil melaju positif. Namun, dari sisi impor masih kurang menggembirakan lantaran adanya penurunan jika dibandingkan November 2019.

Baca Juga

"Memang betul ada pencapaian positif, tapi saya kira pekerjaan rumah tahun depan harus diarahkan agar surplus bisa lebih sehat," kata Yusuf kepada Republika.co.id, Selasa (15/12).

Sepanjang Januari-November 2020 mengalami surplus hingga 19,66 miliar dolar AS. Ia memproyeksikan, surplus neraca perdagangan akan tembus hingga 20 miliar dolar AS pada akhir tahun ini.

Menurut Yusuf, meski terlihat positif, surplus yang diraih Indonesia belum dapat dikatakan sepenuhnya sehat. Pasalnya, surplus yang diperoleh pada November saja, lebih disumbang oleh adanya penurunan impor yang tajam dibandingkan ekspor.

Impor, kata dia, tetap berperan penting khususnya untuk impor bahan baku dan barang modal karena menunjukkan adanya kegiatan produksi industri dalam negeri. "Jadi ini bukan sesuai yang dikatakan bagus juga," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, sektor manufaktur cukup berperan penting dalam peningkatan ekspor asal Indonesia terutama pada bulan November. BPS mencatat nilai ekspor industri manufaktur mencapai 12,12 miliar dolar AS atau meningkat 2,95 persen. Angka tersebut juga mengalami kenaikan 14,47 persen jika dibanding November 2019.

Adapun pada tahun depan, Yusuf mengatakan ada peluang neraca perdagangan Indonesia kembali sehat. Namun, kata dia, situasinya cenderung defisit karena impor bahan baku dan barang modal yang tinggi sehingga dapat melebihi laju ekspor.

"Ada peluang seperti itu karena sebelum pandemi pun, neraca kita defisit karena kebutuhan impornya yang besar untuk industri. Itu membuat industri bisa mengolah barang jadi dan setengah jadi lebih lebih tinggi," kata dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, neraca perdagangan sepanjang bulan November 2020 mencatatkan surplus 2,61 miliar dolar AS. Surplus diperoleh lantaran laju ekspor mencapai 15,28 miliar dolar AS sedangkan impor sebesar 12,26 miliar dolar AS.

"Ini menggembirakan karena ada kenaikan ekspor baik secara bulanan dan tahunan sedangkan impor juga naik secara bulanan meski masih turun secara tahunan," kata Kepala BPS, Suhariyanto.

Adapun, untuk neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-November 2020 mengalami surplus hingga 19,66 miliar dolar AS. Capaian surplus tersebut tercatat tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Mengutip data BPS, neraca dagang pada Januari-November 2019 justru mengalami defisit 3,51 miliar dolar AS. Pada periode sama tahun 2018 juga mengalami defisit lebih dalam yakni 7,62 miliar dolar AS.

Adapun ada 2017 lalu, tercatat surplus 12,08 miliar dolar AS. Selanjutnya pada 2016 surplus lebih kecil yakni 8,43 miliar dolar AS dan 2015 surplus hanya mencatatkan 7,63 miliar dolar AS.

"Surplus cukup besar dibanding tahun lalu yang defisit. Jadi kembali kalau saya simpulkan performa neraca perdagangan ini sangat menggembirakan," kata Suhariyanto. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement