Sabtu 05 Dec 2020 08:01 WIB

Cerita Pilot yang Dadakan Jualan Online Saat Pandemi

Pandemi membuat penerbangan berkurang drastis sehingga berdampak pada pilot.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Pilot Pesawat
Foto: pixabay
Ilustrasi Pilot Pesawat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Bagi Aditya Santosa, sumber penghidupan keluarganya, tidak hanya berasal dari langit. Menurut pilot salah satu maskapai penerbangan nasional yang terdampak pandemi Covid-19 itu, ada banyak cara untuk memulihkan ekonominya di saat krisis ini. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi digital.

“Mulai Maret 2020, industri penerbangan mulai terdampak. Mulai ada yang namanya pengurangan jadwal dan larangan terbang ke negara-negara tertentu,” katanya dalam webinar ‘Vaksin:Harapan Kembali Produktif’ yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Rabu (2/12).

Baca Juga

Efeknya, ia rasa sangat kentara. Terlebih, ketika di waktu biasa, dirinya bisa terbang 4-5 kali dalam sebulan, sekarang, hanya 3 bulan sekali,

Dia mengaku, selama berkurangnya jam terbang dan penghasilan uang terbang, dirinya mencoba peruntungan baru melalui bisnis jual beli daring. Hal itu ia klaim, dirasa baik untuk dicoba, mengingat pendapatannya yang berkurang drastis.

"Saya mulai mencoba berwirausaha, mulai jualan daring dan belajar berjualan dari teman saya. Lumayan, ada hasilnya. Karena banyak waktu luang, jarang terbang, saya bisa investasi waktu saya ke hal lain," kata Aditya.

Kisah serupa juga dialami Priscilla Renny, Pengusaha Batik asal Lasem, Jawa Tengah. Sarung Batik Tiga Negeri yang jadi komoditas andalannya pada momen Lebaran, mengalami penurunan penjualan yang tajam.

“Mungkin penurunan pendapatan kami mencapai 70 persen. Tapi hingga kini, yang saya lakukan tetap bertahan meski berjalan sedikit demi sedikit”, ujarnya.

Tak habis akal, di tengah pandemi ini, dirinya juga ikut memotivasi para pengusaha batik di Lasem untuk ramai-ramai berjualan secara daring. Langkah itu memang asing, terlebih, ketika transformasi ekonomi ini belum begitu dilirik para pengusaha daerahnya sebelum pandemi COVID-19.

"Kebetulan, kemarin dari pihak Pemerintah Kabupaten setempat memberikan pelatihan untuk jual beli daring," kata Priscilla Renny.

Sebelum menjajal berjualan di platform digital, Priscilla Renny mengakui pemasarannya hanya dilakukan dari mulut ke mulut. Terkadang, ia juga memasarkannya secara langsung melalui perpesanan gawai. “Dengan berjualan daring, arus keuangan usaha sedikit demi sedikit mulai pulih,” terangnya.

Setelah percobaan beberapa bulan, dirinya mengaku telah mendapat peningkatan penghasilan dari penjualan daring. Walaupun, nilai itu disebutnya belum normal seperti sebelum pandemi covid-19

“Sekarang minimal penjualan sudah ada," ungkap dia.

Dua orang yang mencoba peruntungan melalui bisnis digital itu hanya beberapa contoh dari banyaknya pelaku industri baru metode daring saat ini. Namun demikian, bukan berarti harapan untuk kembali normal dan menjadi lebih baik dari segi Kesehatan dan ekonomi hilang.

Renny bahkan, sangat menaruh harapan pada kedatangan vaksin, agar kegiatan ekonominya bisa kembali pulih. “Saya sangat mendukung sekali program pengadaan vaksin ini,” terangnya.

Hal serupa juga ditegaskan oleh Aditya yang berharap pendistribusian vaksin bisa dilakukan secepatnya. Upaya percepatan dan keefektifan vaksin itu dinilainya semakin mendesak, jika melihat Indonesia sebagai negara kepulauan, yang semakin berdampak secara ekonomi akibat sulitnya transportasi antar pulau.

“Karena Indonesia ini negara kepulauan yang membutuhkan moda transportasi udara. Roda perekonomian itu salah satunya mengandalkan transportasi udara, saya yakin dan optimis kalau nanti vaksin sudah tersertifikasi dan didistribusikan, maka mampu memulihkan transportasi udara dan roda ekonomi,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement