REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengusulkan menjadikan kerja sama Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) sebagai Kekuatan Ekonomi Halal di kawasan dan global. Usulan ini berbasiskan capaian IMT-GT yang sudah berhasil mencetak ribuan Usaha Kecil Menengah (UKM) halal berorientasi ekspor, melampaui target yang telah ditetapkan pada 2021.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menuturkan, untuk mencapainya, pemerintah tiga negara masih harus melakukan beberapa hal. "Perlu adanya pemetaan dan pengembangan strategi untuk meningkatkan industri halal di IMT-GT," tuturnya saat mewakili Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT ke-26 secara virtual pada Kamis (26/11).
Sampai akhir Oktober 2020, IMT-GT berhasil mencetak sebanyak 4.054 UKM Halal berorientasi ekspor. Jumlah tersebut melampaui target yang ditetapkan sebelumnya yaitu 3.000 UKM pada 2021. IMT-GT memutuskan menaikkan target menjadi 7.000 UKM pada akhir 2021.
Tidak hanya jumlah UKM, jumlah Tenaga Ahli Halal juga telah melampaui target yang telah ditetapkan. Jumlah Tenaga Ahli Halal mencapai 59.418 tenaga ahli, angka tersebut jauh melampaui target sebesar 30.000 tenaga ahli.
Selain berbicara sektor halal, pertemuan itu juga membicarakan dua fokus lain terkait penyusunan Cetak Biru IMT-GT 2022-202. Pertama, Food Estate menjadi prioritas sektor pertanian dan sebagai bagian dari program ketahanan pangan. Selain itu, pariwisata digital dengan rencana aksi yang konkret.
Meskipun tengah menghadapi pandemi, Agus memastikan, Indonesia dan negara anggota IMT-GT lainnya tetap berkomitmen untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam Cetak Biru IMT-GT 2017-2021. Hal ini dilakukan demi mendukung pencapaian Visi 2036, yakni ‘Menjadikan kawasan IMT-GT sebagai kawasan yang terintegrasi, inovatif, inklusif dan berkelanjutan di 2036’.
Memasuki akhir periode Cetak Biru 2017-2021, IMT-GT perlu melakukan refleksi terhadap Visi 2036. Agus menekankan, IMT-GT harus benar-benar dapat mengidentifikasi strategi sektor dengan target terukur dan jelas.
Ia juga mengingatkan agar tetap memperhatikan permasalahan yang terjadi saat ini. Mulai dari kesehatan global, revolusi industri, ketahanan pangan dan energi, kualitas sumber daya manusia serta sumber daya yang berkelanjutan.
Indonesia menyampaikan beberapa poin penting dalam pertemuan ini. Pertama, pertanian yang merupakan salah satu sektor utama perlu diperkuat dalam menghadapi dampak global seperti pandemi Covid-19, di masa mendatang.
Agus menuturkan, sektor pertanian perlu memiliki proyek skala ekonomi yang efisien untuk memudahkan petani mengakses keuangan, informasi, teknologi dan pemasaran. "Di samping itu, IMT-GT harus fokus pada beberapa komoditas prioritas dan mengembangkan jaringan dengan membentuk korporasi petani," katanya.
Sementara itu, langkah inovatif dan kreatif perlu dilakukan untuk memulihkan sektor pariwisata. Dengan disepakatinya Declaration on ASEAN Travel Corridor Arrangement Framework oleh Kepala Negara ASEAN, maka IMT-GT dapat menjadi percontohan implementasi inisiatif tersebut.
Saat ini, IMT GT telah menyepakati kerangka kerja fasilitas perdagangan, Framework of Cooperation on Customs, Immigration and Quarantine, yang akan diteken bersama pada tahun depan. Agus menyebutkan, ini merupakan langkah besar untuk kelancaran dan penyederhanaan regulasi, aturan, dan prosedur dalam rangka peningkatan nilai perdagangan, investasi, dan pariwisata di sub kawasan.
Pengembangan SDM melalui peningkatan ketrampilan dari para pekerja dan percepatan transformasi digital juga dilakukan. "Hal ini perlu dilakukan dalam rangka memberikan pekerjaan yang lebih berkualitas untuk meningkatkan produktivitas," ucap Agus.