Selasa 17 Nov 2020 10:59 WIB

Bergerak Untuk UMKM Jogja Selama Pandemi

Krisis bisa dilewati dengan bertahan bersama. Gotong royong adalah jalan yang rahmat.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Yuk Tukoni, sebuah platform jual beli makanan khas Jogja.
Foto: Foto-foro: facebook.com/YukTukoni
Yuk Tukoni, sebuah platform jual beli makanan khas Jogja.

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19 membuat tak sedikit UMKM yang kembang kempis untuk bertahan hidup. Jogjakarta, sebagai salah satu daerah yang tak pernah mati untuk sektor industri makanan dan minuman (food and beverages/F&B) pun terpukul karena banyak kegiatan seperti perkuliahan di universitas tak berjalan seperti biasa. Juga lesunya kunjungan wisatawan membuat keberlangsungan UMKM Jogja semakin terpuruk.

Kondisi ini dibaca Revo Suladasha. Ia tergerak membantu para pelaku UMKM bisa bertahan di tengah badai pandemi. Pria asal Jawa Barat itu mengatakan, dampak pandemi menguras 80-90 persen keuntungan para pelaku UMKM Jogja.

Revo yang memang sudah lama menggeluti bidang F&B kemudian membuat Yuk Tukoni, sebuah platform jual beli makanan khas Jogja. Untuk bisa menjawab keinginan konsumen yang rata-rata berada di wilayah luar Jogjakarta dan Jawa Tengah, Revo mengemas makanan hits Jogja juga produk UMKM dalam versi beku.

"Akhir April, terasa sekali semua UMKM khususnya di bidang F&B teriak. Kebanyakan mereka enggak punya solusi bagaimana caranya tetap bertahan jualan untuk menyambung hidup," ujar Revo kepada Republika, Senin (16/11).

Revo bersama Eri Kuncoro yang merupakan konsultan marketing membentuk Yuk Tukoni sebagai salah satu wadah memasarkan produk UMKM Jogja. Bermula dari kelompok kecil lingkup pertemanannya, hingga awal November ini 120 UMKM di bidang makanan sudah tergabung di Yuk Tukoni. Tak hanya Jogja saja, Yuk Tukoni juga menggaet UMKM di wilayah Solo dan Semarang, Jawa Tengah, serta Madiun, Jawa Timur.

"Akhir April kami coba bikin platformnya. Memang kami ambil siasat untuk mengajak beberapa produsen makanan khas Jogja yang hits seperti Mi Ayam Bu Tumini dan Mangut Lele Mbah Marto," ujar Revo.

Di awal Mei, Revo menggandeng 10 brand lokal dan mengemas produk mereka menggunakan vacum dan pembekuan. "Awalnya benar-benar gotong royong. Kami beli alat vacum murah, chiller yang murah. Yang penting ini bisa gerak dulu," tambah Revo.

Ia pun tak kehabisan bantuan. Revo mengatakan tak sedikit dari lingkungan pertemanannya yang kemudian juga tergerak membantu para pelaku UMKM. Setelah dua bulan bergerak, bantuan freezer yang layak bahkan gudang sebagai tempat pengemasan mereka terima.

Memasuki Agustus, lonjakan permintaan terjadi. Revo menjelaskan, sudah ada 19,1 juta orang yang mengakses aplikasi Yuk Tukoni dengan volume penjualan mencapai Rp 1,08 miliar.

 

Keluar Zona Nyaman

photo
Yuk Tukoni mengajak dan bergotong royong membantu UMKM agar tetap bisa bertahahan di tengah pandemi Covid-19. - (facebook.com/YukTukoni)

 

Namun capaian ini bukan tanpa tantangan. Pria penerima penghargaan kategori 'Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19' oleh Astra Satu Indonesia ini menceritakan, awal-awal banyak pesanan, para produsen kewalahan.

"Order sehari bisa sampai 2.000 bungkus Mi Ayam Bu Tumini. Di awal memang benar-benar kewalahan. Sehari kami hanya bisa produski 100 bungkus. Terpaksa kami membuat pre-order," ujar Revo.

Tak hanya itu, Mangut Lelel Mbah Marto juga kebanjiran orderan sampai 1.000 porsi per hari. Hal ini sempat membuat para produsen angkat tangan. "Wis mboten sanggup, Mas (sudah tidak sanggup, Mas-Red)," kenang Revo.

Namun, Revo melihat ini sebagai tantangan. Ia menilai tugasnya bukan hanya membuat platform saja, tapi juga menyiapkan mental dan mendampingi para pelaku UMKM ini untuk siap keluar dari zona nyaman. "Ternyata ada tugas moral juga yaitu mengedukasi dan mendapingi para pelaku UMKM ini agar tidak patah arang," kata Revo.

Sempol Saripah, contohnya. Revo menceritakan, pemilik Sempol Saripah sempat tak percaya diri untuk memasarkan dagangannya. Apalagi di awal, belum banyak yang mengetahui produk tersebut. Revo butuh waktu untuk meyakinkan si produsen agar dapat keluar dari zona nyaman.

"Sekarang alhamdulillah sudah mulai naik. Mereka bisa melayani ratusan pesanan per hari. Cerita yang sama juga terjadi di Wedang Uwuh kemasan. Sehari dari cuma 10 pesanan, sekarang bisa sampai 30-50 pesanan per hari," ujar Revo.

Dari 19 April hingga 9 November 2020, Revo mencatat sudah 18.500 produk ludes terjual. Bahkan pernah satu kali ia dapat pesanan senilai Rp 4,7 juta dari satu orang.

Pengiriman produk pun juga melampaui daerah Yogyakarta, hingga ke Bandung dan Jakarta. Ini menunjukkan, aksi kolektif sangat diperlukan agar para pegiat UMKM bisa melewati masa krisis ini bersama-sama.

Ia pun merasa Yuk Tukoni kini tak hanya akan memberi bantuan sementara di kala Covid-19. Ia melihat apa yang dia dan tim lakukan menjadi tren baru bagi dunia kuliner saat ini. Pandemi Covid-19 menurutnya membuat banyak orang dipaksa berpikir out of the box.

"Ini bukan cuma untuk cuan saja. Ternyata, kondisi krisis bisa dilewati dengan bertahan bersama-sama. Gotong royong itu adalah jalan yang rahmat," ujar Revo.

Ke depan, Revo mengatakan Yuk Tukoni akan menjadi salah satu platform dengan cakupan yang lebih luas. Ia berharap bisa membuat offline store agar masyarakat bisa semakin leluasa untuk mengakses produk UMKM.

"Selain memudahkan para pelanggan, ini juga sebagai salah satu wadah bagi UMKM untuk bisa memasarkan produknya lebih luas," ujar Revo.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement