REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Agrobisnis Ubi Jalar Indonesia (Asapuji) menargetkan industrialisasi olahan komoditas ubi jalar dapat dimulai tahun depan. Asosiasi mengejar target produksi produk olahan bihun ubi jalar untuk dapat segera dipasarkan di dalam negeri.
"Tahun depan produk bihun ubi jalar akan mulai dipasarkan secara lokal dan setahap demi setahap disiapkan untuk menembus pasar ekspor. Karena ini sudah sangat dikenal di Korea, Jepang, dan negara-negara Asia lainnya," kata Ketua Asapuji Ahmed Joe Hara yang cukup besar, perlu ada pembangunan industri berbasis rumahan di sentra-sentra ubi jalar untuk memproduksi makanan olahan.
Ia menjelaskan, rencana industrialisais itu dicanangkan secara bertahap dalam 10 tahun ke depan. Jika berjalans sesuai perencanaan, serapan pasar domestik maupun global untuk ubi jalar diperkirakan bisa mencapai 1,5 juta ton.
Adapun saat ini, permintaan ubi jalar per tahun khusus untuk pasar ekspor saja baru sekitar 10 ribu ton. Serapan itu, baru sekitar 10 persen dari kemampuan suplai saat ini atau sekitar 100 ribu ton.
"Hasil panen ubi jalar tidak semuanya bisa diekspor maupun masuk ke ritel modern karena sangat selektif melalui sortiran. Bentuknya yang tidak ideal itulah yang menjadi barang sortir dan dijual di pasar-pasar tradisional lokal," ujarnya.
Industrialisasi ubi jalar diharapkan bisa menyerap produksi ubi jalar hasil sortiran yang tidak dapat menembus pasar. Selain itu, seiring meningkatnya permintaan diyakini permintaan ubi jalar untuk produksi bihun juga ikut terkerek.
"Ini merupakan program utama Asapuji yang akan diimplementasikan di wilayah-wilayah setingkat kabupaten secara berkesinambungan, dimana secara bertahap produk Ubi Jalar akan hadir dalam bentuk Ubi Jalar segar, Pasta Ubi Jalar, Bihun Ubi Jalar dan produk-produk lainnya seperti Kripik Ubi Jalar, Stick dan Block Cutting Ubi Jalar dan minuman atau softdrink Ubi Jalar," kata Ahmed menjelaskan.