REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Siapa yang tidak suka makan gorengan? Makanan ringan yang satu ini memang sudah tidak asing bagi lidah masyarakat, termasuk warga Yogyakarta. Namun tampaknya belum ada satu pun pedagang yang mengklaim gorengan jualannya non-MSG. Oleh karena itu, meskipun jadi makanan favorit gorengan selalu diidentikkan sebagai makanan yang kurang sehat.
Berangkat dari stigma gorengan seperti itu, Widi Fajar Widyatmoko dan istrinya bertekad merintis usaha gorengan pertama yang tak memakai MSG. "Ini juga didasari karena saya sangat sensitif terhadap makanan ber-MSG. Saya selalu merasakan sakit kepala setelah mengonsumsi makanan jenis tersebut," kata Widi saat dijumpai Republika beberapa waktu lalu.
Semua berawal karena kebetulan. Dimulai dari pandemi Covid-19 awal tahun ini yang memaksa sang istri melakukan pergantian bisnis dari usaha pakaian-pakaian perempuan yang cukup terdampak akibat pandemi. Widi, yang memang suka memasak, pun mengajak sang istri banting setir ke bisnis kuliner. Ia menamakan merk usaha rintisannya tersebut Kraux2.
"Semuanya serba tak direncanakan. Awalnya, bahkan kami menggunakan rumah kami sebagai tempat produksi Kraux2," kata pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) itu.
Karena permintaan semakin banyak, ia kemudian memutuskan untuk melakukan produksi di luar. Ia menyadari pilihan tersebut cukup berisiko mengingat banyak usaha kuliner di Yogyakarta yang gulung tikar. Namun ia justru memanfaatkan kesempitan tersebut menjadi kesempatan.
Pilihannya jatuh pada pada sejumlah halaman jaringan minimarket dengan merk ternama. Karena banyak usaha yang sebelumnya menempati halaman sejumlah minimarket tersebut gulung tikar, Widi justru mendapati sejumlah tempat strategis. Ia pun segera mengontak bagian UMKM minimarket tersebut untuk menjalin kerja sama.
"Kini saya sudah memiliki 10 konter yang terletak di beberapa wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta," kata kandidat Doctor of Business Administration Universiti Sains Penang, Malaysia, tersebut.
Meskipun kian hari penjualan Kraux2 kian laris, Widi tak ingin berpuas diri. Ia berharap bisa terus melakukan ekspansi sehingga usahanya terus berkembang. "Prinsip bisnis kami adalah Kaizen. Kami ingin melakukan inovasi secara terus-menerus," kata pria berusia 35 tahun itu.
Salah satu inovasi yang ingin dilakukannya dalam waktu dekat adalah melakukan diversifikasi produk. Saat ini, produk Kraux2 baru sebatas tahu dengan dua jenis. Yang pertama adalah Tahu Kraux, yaitu tahu krispi berbahan dasar tahu putih yang mengandung protein nabati dibalut dengan tepung yang terdapat racikan bumbu rahasia non-MSG. Selain tahu krispi, Tahu Kraux2 juga menyajikan Tahu Walix Ayam dan Tahu Walix Ayam Jumbo.
Meskipun demikian, ia telah menatapkan bahwa Kraux2 akan tetap menjadi gorengan premium yang menyasar kalangan menengah dengan mayoritas generasi muda (Z generation). "Kami ingin menjual brand, jadi bukan semata berjualan gorengan," kata Widi.