REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) menyiapkan layanan shore to ship (STS) di Pelabuhan Tanjung Priok. Wakil Direktur Utama Pelindo II Hambra mengatakan, layanan tersebut disiapkan untuk mewujudkan pelabuhan yang ramah lingkungan.
“Dengan adanya fasilitas STS, kapal yang bersandar di pelabuhan bisa mengganti penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan memanfaatkan energi listrik yang disediakan di dermaga,” kata Hambra dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (15/10).
Untuk itu, Hambra mengajak para pemilik kapal terlibat dalam mewujudkan pelabuhan ramah lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan tenaga listrik dari darat untuk kebutuhan listrik kapal saat bersandar.
“Konversi dari BBM ke energi listrik selama kapal berlabuh akan mengurangi emisi gas buang dari mesin kapal,” tutur Hambra.
Dia mengatakan, Pelindo II secara bertahap mengkonversi berbagai peralatan yang semula menggunakan BBM menjadi mesin bertenaga listrik, seperti Container Crane (CC) dan Gantry Luffing Crane (GLC). Upaya tersebut menurutnya akan menghemat biaya operasional terkait penggunaan BBM dan menekan biaya pemeliharaan mesin.
Hambra menjelaskan, pada tahap awal, Pelindo II bersama anak perusahaannya yakni PT Energi Pelabuhan Indonesia (EPI) mengembangkan fasilitas di STS Dermaga Petikemas Domestik, Pelabuhan Tanjung Priok. Secara bertahap, fasilitas STS akan dipasang di seluruh pelabuhan yang dikelola Pelindo II.
“Fasilitas ini didesain untuk menggantikan sumber energi kapal yang sebelumnya menggunakan BBM menjadi sumber energi listrik,” ujar Hambra. Dia memastikan, kelebihan fasilitas yang disiapkan saat ini adalah multi frekuensi (50Hz dan 60Hz) dan multi tegangan (380V, 400V, 440V, 45V0, 460V). Fasilitas tersebut juga dapat menjamin keamanan jaringan dan peralatan listrik di dalam kapal dengan menggunakan trafo isolasi.
Hambra menambahkan, fasilitas STS juga dilengkapi dengan mobile converter yang dapat mengikuti lokasi sandar kapal. Desain tersebut menurutnya dipilih karena menyesuaikan dengan kebutuhan kelistrikan di dalam kapal yang memiliki keragaman frekuensi listrik.
“Untuk mendukung pemakaiannya, IPC menyiapkan dua unit konverter frekuensi, sehingga dapat melayani dua kapal sandar secara bersamaan,” ungkap Hambra.