REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua bank sentral AS The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan telah berulang kali menyatakan keprihatinan tentang ketidaksetaraan yang meluas dalam ekonomi Amerika Serikat (AS). Pekan lalu ia mengatakan hal itu kemungkinan akan menghambat pertumbuhan.
“Itu adalah hal-hal yang menahan ekonomi kita,” kata Powell dilansir AP News, Selasa (22/9).
Banyak analis mengatakan kebijakan Bank Sentral AS The Fed secara tidak sengaja berkontribusi pada ketidaksetaraan dengan menguntungkan pemegang saham secara tidak proporsional. Bank sentral telah memangkas suku bunga acuan jangka pendek menjadi hampir nol dan membeli sekitar 80 miliar dolar AS di Treasury's.
Kedua langkah tersebut telah mempertahankan suku bunga obligasi pemerintah sangat rendah. Sehingga mendorong investor untuk menanamkan uang ke dalam saham dan meningkatkan harga saham.
“The Fed juga telah membeli sekitar 12 miliar dolar AS obligasi perusahaan dan dana yang diperdagangkan di bursa. Pembelian tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pasar obligasi korporasi berfungsi dengan lancar dan korporasi besar dapat meminjam dengan menerbitkan hutang,” kata dia.
Pembeliannya relatif kecil dibandingkan dengan ukuran pasar secara keseluruhan. Tetapi tindakan The Fed telah memulihkan kepercayaan di pasar obligasi dan memungkinkan perusahaan besar Amerika Serikat untuk memulai pesta pinjaman.
Laporan The Fed menunjukkan utang bisnis melonjak 14 persen pada kuartal kedua, setelah kenaikan yang lebih besar sebesar 18,4 persen pada kuartal pertama.
Lalu, Direktur Kebijakan di Washington Center for Equitable Growth, Amanda Fischer mengatakan bahwa The Fed bisa saja meminta perusahaan-perusahaan yang obligasinya dibeli untuk mempertahankan semua pekerja mereka. Sebagai contoh, The Fed membeli obligasi yang diterbitkan oleh ExxonMobil, namun perusahaan tersebut menyatakan mempertimbangkan untuk melakukan PHK.
"The Fed memiliki kesempatan untuk melampirkan persyaratan pada pinjaman, dan mereka memilih untuk tidak melakukannya," kata dia.
Data yang dikeluarkan Fed pada Senin menunjukkan kesenjangan besar dalam kekayaan berdasarkan ras. Rumah tangga kulit putih memiliki hampir 85 persen dari total kekayaan pada akhir Maret. Rumah tangga kulit hitam hanya memiliki 4,4 persen dan Hispanik 3,2 persen.
Sumber daya keuangan yang jauh lebih kecil berarti bahwa banyak rumah tangga bukan kulit putih dipaksa untuk memotong pengeluaran secara tajam setelah kehilangan pekerjaan atau berkurangnya pendapatan.
Penelitian oleh ekonom Peter Ganong dan Damon Jones di University of Chicago menemukan bahwa orang kulit hitam Amerika memotong pengeluaran 50 persen lebih banyak daripada orang kulit putih ketika menghadapi kerugian pendapatan yang sama. Hispanik mengurangi mereka sebesar 20 persen lebih banyak.
Bahkan dengan kekayaan rumah tangga yang mencapai rekor tertinggi, jutaan orang menghadapi ancaman penggusuran atau kelaparan. Sebuah laporan Fed yang dirilis menemukan bahwa hampir seperempat orang dewasa mengatakan keluarga mereka telah menerima beberapa bentuk bantuan ekonomi sejak pandemi dimulai, baik dari tunjangan pengangguran, kupon makanan atau sumbangan bahan makanan dari kelompok amal.