REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kembali diberlakukan di DKI Jakarta akan menyebabkan kontraksi ekonomi pada kuartal ketiga lebih dalam dari prediksi. Tapi, ia belum bisa menyebutkan angkanya secara detail karena masih harus menunggu pemantauan selama dua pekan.
Semula, Sri memprediksi, pertumbuhan ekonomi pada periode Juli sampai September berada pada rentang nol persen hingga minus 2,1 persen. Batas bawah itu kemungkinan bisa semakin dalam akibat kebijakan PSBB DKI Jakarta yang dilaksanakan sejak awal pekan ini.
"Kita perkirakan, mungkin lower end-nya yang minus 2,1 persen ini bisa lebih rendah dari 2,1 persen," ujarnya dalam doorstop secara virtual, Selasa (15/9).
Sri mengatakan, prediksi ini belajar dari dampak yang terjadi pada Maret lalu, yaitu ketika PSBB secara drastis dilaksanakan di ibu kota. Sebagai efek dari kebijakan tersebut, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I hanya pada level 2,97 persen, jauh melambat dibandingkan kuartal pertama 2019 yang mampu tumbuh 5,07 persen.
Tapi, Sri belum bisa menyebutkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi terbaru versi Kementerian Keuangan. Sebab, ia harus melakukan asesmen terhadap pergerakan ekonomi selama dua pekan ke depan.
Sri menilai, skala penerapan PSBB kali ini lebih menurun dibandingkan kebijakan terdahulu. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta cenderung fokus pada pembatasan aktivitas di perkantoran. Sedangkan, pada Maret dan April, hampir seluruh kegiatan masyarakat terhenti.
Meski demikian, Sri tetap berharap, kebijakan PSBB kali ini tidak berdampak terlalu signifikan terhadap perekonomian. Pasalnya, DKI Jakarta berkontribusi hingga 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Besarnya peranan ibu kota terlihat pada kuartal kedua. Ketika PDB Jakarta turun 8,2 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia turut mengalami kontraksi, yaitu sampai 5,32 persen. "Kontraksi DKI pada kuartal ketiga diharapkan akan lebih rendah atau jauh lebih kecil dibandingkan kontraksi pada kuartal kedua," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Untuk kuartal IV, Sri menambahkan, pemerintah masih memperkirakan ekonomi bisa tumbuh di kisaran 0,4 sampai 3,1 persen. Realisasinya bergantung pada kemampuan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan dalam mengelola penyebaran virus corona dan mencegah terjadinya tren kenaikan.
Sementara itu, untuk proyeksi sepanjang 2020, Sri juga masih dalam pendirian awal, yakni dalam rentang minus 1,1 persen sampai 0,2 persen. Tapi, kemungkinan besar, realisasinya akan mengarah pada batas terbawah. "Karena adanya kejadian seperti di DKI (Jakarta), kita siapkan kemungkinan berada di lower end," ucapnya.