REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berhasil memberikan tegangan pertama (energize) pada tiga proyek infrastruktur ketenagalistrikan yaitu Gardu Induk (GI) 150 kiloVolt (kV) Embalut, GI 150 kV New Samarinda, dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Embalut-New Samarinda. Tiga proyek ini merupakan upaya strategis PLN untuk meningkatkan keandalan listrik Kalimantan Timur yang dipersiapkan menjadi ibu kota baru Indonesia mulai 2024.
"Penguatan sistem infrastruktur ketenagalistrikan di wilayah Kalimantan Timur ini merupakan dukungan kesiapan Ibu Kota Negara yang baru serta perkuatan kota penyangga di sekitarnya," ujar General Manager PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Kalimantan Bagian Timur (Kalbagtim), Muhammad Ramadhansyah dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, Kamis (20/8).
Ramadhansyah menyebut jalur transmisi SUTT 150 kV Embalut-New Samarinda terdiri dari 45 tower dan terbentang sepanjang 28,4 kilometer sirkuit (kms) dari Kabupaten Kutai Kartanegara hingga Kota Samarinda. Kata dia, infrastruktur ketenagalistrikan ini nantinya akan menambah keandalan sistem Intekoneksi Kalimantan, khususnya pada sistem kelistrikan Mahakam.
"Perkuatan sistem ini dikarenakan adanya penambahan daya oleh pembangkit IPP yaitu PLTU Embalut Ekspansi 2 Kaltim - 4 dengan kapasitas 2x100 MW," ungkap Ramadhansyah.
Ramadhansyah menyampaikan PLN juga tengah membangun jaringan transmisi 150 kV New Samarinda-Sambera dengan 67 tower yang terbentang sepanjang 40 kms.
Selain di Kalimantan, PLN juga terus mengejar pembangunan dua jaringan transmisi bertegangan 150 kV di Sulawesi Barat (Sulbar), yaitu jaringan transmisi 150 kV Mamuju-Topoyo dan Topoyo-Pasangkayu. Percepatan pembangunan ini dilakukan sebagai upaya mempersiapkan Sulbar dan Sulteng sebagai provinsi penyangga bagi ibu kota baru Indonesia yang akan datang.
General Manager PLN UIP Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) I Putu Riasa mengatakan sisi barat Pulau Sulawesi dan Kalimantan Timur hanya dipisahkan Selat Makassar. Ke depannya, kata Riasa, Sulbar dan Sulteng akan menjadi penyangga bagi ibu kota baru yang berada di Kalimantan Bagian Timur.
"Industri, bisnis dan pusat pemerintahan yang akan hadir di sana tentu membutuhkan pasokan listrik yang memadai, oleh karena itu kami tengah siapkan dari sekarang," ucap Riasa.
Riasa mengatakan kedua jaringan transmisi yang memiliki lintasan sepanjang 181 Km ini juga dibangun dalam rangka meningkatkan keandalan dan pasokan listrik bagi Kota Palu dan sisi barat Sulteng pascabencana gempa, tsunami dan likuifaksi pada 2018. Tak hanya itu, beberapa tapak tower pada sistem kelistrikan Sulteng yang ada saat ini, Jaringan Transmisi Poso-Sidera, berada dalam kondisi rawan terkena abrasi sungai. Ditambah dengan akses yang sulit untuk dilakukan pemeliharaan, maka kehadiran kedua jaringan transmisi tersebut akan menjadi back up guna menjaga pasokan listrik yang andal bagi Sulteng.
“Walaupun kondisi pandemi, kami terus berupaya merampungkan pembangunan dua jalur transmisi ini karena saat ini sistem kelistrikan di Sulawesi Tengah hanya di suplai dari Poso, sehingga suplai listrik dari arah selatan Sulawesi sangat dibutuhkan," lanjut Riasa.
Riasa menyebut proyek ini ditargetkan selesai pada September 2020 yang mana kedua jaringan yang memiliki 534 total tower tersebut juga akan meningkatkan kualitas tegangan di Mamuju Tengah, mengingat kondisi tegangan yang tersedia saat ini masih sering drop ketika mencapai beban puncak.
"Progres fisik rata-rata dari kedua pembangunan ini sudah mencapai 80 persen. Walaupun di beberapa lokasi masih terdapat sedikit kendala sosial, kami berharap itu tidak mengganggu jalannya pekerjaan ini," kata Riasa menambahkan.