REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank BNI Syariah membukukan laba bersih sebesar Rp 267 miliar pada semester satu 2020. Angka ini turun 48 miliar dari Rp 315 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Direktur Layanan dan Jaringan BNI Adi Sulistyowati mengatakan penurunan tersebut disebabkan dari dampak pandemi Covid-19, sehingga memperlambat kinerja perusahaan hingga akhir tahun ini.
“BNI Syariah melakukan mitigasi risiko pembiayaan akibat Covid-19 sebesar Rp 31,32 triliun atau turun 180 persen secara year on year,” ujarnya saat konferensi pers virtual BNI, Selasa (18/8).
Menurutnya penurunan laba bersih juga tercermin dari merosotnya rasio keuangan yakni return of asset menjadi 1,34 persen dari 1,97 persen. Hal ini menyebabkan efisiensi baik dari biaya dana dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional atau BOPO meningkat 84,10 persen pada semester satu 2020 dari 29,8 persen.
Kemudian dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pertumbuhan aset masih cukup baik. Tercatat, DPK sebesar Rp 43,64 triliun atau tumbuh 20,15 persen dan aset sebesar Rp 50,79 triliun atau tumbuh 19,52 persen pada semester satu 2020.
“Kenaikan DPR didorong biaya dana atau cost of fund. Dana murah tumbuh 67,3 persen pada semester satu 2020 dibanding periode sama tahun sebelumnya 63,8 persen,” ucapnya.
Di samping masa Covid-19 perusahaan mengeluarkan inovasi dengan meluncurkan 29 produk baru. Adapun fokus perusahaan untuk memperkuat sinergi BNI Grup dan induknya, sehingga transaksi online BNI tidak hanya melayani nasabah BNI konvensioanal tetapi dapat melayani aktivitas nasabah syariah.
“Perusahaan berhati-hati melakukan penyaluran pembiayaan dan menjaga likuiditas, strategi lainnya meliputi menjaga kualitas aset dan memitigasi risiko, menjaga CASA dan menurunkan cost of fund, efisiensi operasional, ekspansi pembiayaan secar prudent, meningkat sinergi grup dan optimalisasi bisnis Qanun yang ada di Aceh,” jelasnya.