Ahad 09 Aug 2020 14:58 WIB

Tabungan Emas Pegadaian Tumbuh 129 Persen Pada Semester I

Selama pandemi masih menciptakan ketidakpastian, harga emas akan tetap melambung.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Fuji Pratiwi
Pegawai Pegadaian di Kantor Cabang Pegadaian Bogor, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/ARIF FIRMANSYAH
Pegawai Pegadaian di Kantor Cabang Pegadaian Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Pegadaian (Persero) mencatat, terjadi kenaikan jumlah rekening aktif tabungan emas yang signifikan pada tahun ini. Bahkan, pada periode semester pertama saja, pertumbuhannya lebih dari 100 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis Pegadaian Ninis Kesuma Adriani menjelaskan, tren tersebut terutama dikarenakan ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Dampaknya dirasakan ke berbagai sektor, mulai dari harga minyak dunia yang tertekan, pelemahan nilai dolar AS, hingga menyebabkan harga emas menguat.

Baca Juga

Kenaikan harga emas yang tajam justru mendorong minat masyarakat untuk mulai berinvestasi ataupun mengalihkan dana mereka ke dalam bentuk emas yang dianggap lebih aman dan bebas risiko. "Per semester satu, terdapat 5,1 juta rekening aktif tabungan emas, tumbuh 129 persen dari semester satu tahun lalu", kata Ninis, saat dihubungi Republika, Ahad (9/8).

Apabila dibandingkan akhir 2019, pertumbuhan rekening tabungan aktif emas tercatat mencapai 28 persen.

Ninis menjelaskan, penguatan harga emas terus dirasakan sejak awal pandemi Covid-19. Pada awal tahun, harganya masih di kisaran Rp 700 ribu yang naik menjadi Rp 1 juta pada pertengahan 2020. Sampai dengan Ahad (9/8), harga jual tabungan emas berada pada angka Rp 1.005.000.

Tren harga emas yang terus naik ini diiringi dengan pertumbuhan rekening tabungan emas. Ninis mengatakan, sepanjang 2020, setidaknya rata-rata 150 ribu rekening baru dibuka di Pegadaian tiap bulannya.

Tren ini diperkirakan Ninis terus terjadi sampai akhir tahun. "Kami proyeksikan, akan ada lebih dari 5,6 juta rekening aktif tabungan emas," kata dia.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebutkan, tren kenaikan harga emas sangat bergantung pada pandemi Covid-19. Selama pandemi masih berlangsung dan menciptakan ketidakpastian yang tinggi, harga emas akan terus melambung seperti beberapa waktu terakhir.

Piter menekankan, ketidakpastian utamanya terkait sampai kapan wabah akan berlangsung yang kemudian memengaruhi kedalaman resesi, baik dalam skala Indonesia maupun global. Semakin lama, akan mengakibatkan semakin lamanya resesi dan ketidakpastian semakin dalam.

"Apabila terus terjadi, emas akan terus diminati dan harganya meningkat selama ketidakpastian akibat Covid-19 masih tinggi," kata Piter kepada Republika, Ahad (9/8).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement