REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengapresiasi program Pelestarian Terumbu Karang untuk Kesejahteraan Masyarakat yang diinisiasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Dalam melestarikan terumbu karang memang perlu gerakan bersama, baik antarinstansi pemerintah, swasta, hingga kelompok masyarakat.
"Jika terumbu karang rusak atau terganggu kondisinya, maka semua rantai makanan dan siklus kehidupan biota laut akan terganggu. Bahkan berpotensi menuju kepunahan. Di sini pentingnya upaya program pengelolaan terumbu karang," ujar Edhy di kantor Bappenas, Jakarta, kemarin.
Menyadari peran terumbu karang yang begitu besar dalam ekosistem laut, Edhy meminta penanaman terumbu karang masif dilakukan oleh semua lapisan. Apalagi, terumbu karang punya manfaat lain yaitu sebagai penghasil oksigen yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya.
KKP sendiri menempatkan program pelestarian dan pengelolaan terumbu karang menjadi program prioritas. Targetnya, 10 persen dari luas perairan Indonesia (setara 32,2 juta hektare) menjadi kawasan konservasi perairan yang termanfaatkan secara berkelanjutan pada 2030. Saat ini, luasan yang dicapai 23,34 juta hektare atau 7,18 persen.
"Kalau kita menanam sejuta terumbu karang, berarti kita menanam 20 juta pohon. Ini bukti empiris yang harus kita sadari. Jadi mengapa (menanam terumbu karang) harus menunggu nanti-nanti? Menanam terumbu karang bukan hal yang sulit, sangat mudah dilakukan," ucap Edhy.
Edhy mengatakan pelestarian dan pengelolaan terumbu karang hasilnya akan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi pesisir. Mengacu pada kajian United Nations Environment Program dua tahun lalu, nilai ekonomi terumbu karang Indonesia mencapai 37 miliar dolar AS pada 2030 bila dikelola dengan baik.
"Nilai itu tidak semata-mata dari perikanan, tapi juga dari sektor pariwisata dan sektor lainnya yang berkaitan dengan perekonomian pesisir," tambah Edhy.