REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tak menampik selama pandemi covid-19 konsumsi listrik secara nasional memang turun. Hal ini mengakibatkan terjadinya over supply dari kerja pembangkit. Untuk bisa memitigasi hal tersebut PLN mengatakan melakukan langkah langkah startegis.
EVP Coorporate Communication PLN Agung Murdifi menjelaskan, khususnya untuk sistem Jawa Madura Bali (Jamali) mempunyai beban puncak sebesar 37 GW. Beban puncak tersebut membuat PLN memiliki cadangan daya sebesar 32 persen dari kapasitas. Namun karena pandemi, cadangan daya pembangkit naik menjadi 42 persen.
"Memang dalam kondisi saat ini kita harus melakukan langkah strategis untuk bisa memitigasi kondisi ini. Caranya, PLN perlu menjual surplus listrik yang melimpah ini," ujar Agung kepada Republika, Ahad (26/7).
Agung menjelaskan salah satunya adalah dengan cara memberikan diskon tambah daya bagi para pelanggan. Selain itu, kata dia perusahaan juga bekerjasama dengan Pemerintah,Pemda dan kalangan bisnis dan industri untuk bisa meningkatkan pemakaian listrik.
Agung pun yakin, bahwa kondisi ini tidak akan lama. Dia menjelaskan permintaan listrik mulai tumbuh seiring dengan adanya new normal.
Dia menjelaskan, konsumsi listrik bulan Juni 2020 meningkat 3,34 persen dibanding Mei 2020. Secara kumulatif, konsumsi listrik Januari sampai Juni 2020 tumbuh 0,95 persen dibanding konsumsi listrik Januari sampai Juni 2019.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM, Rida Mulyana menjelaskan enurunan konsumsi listrik selama pandemi covid-19 membuat wilayah Jawa, Madura dan Bali (Jamali) surplus daya sebesar 3.000 MW. Ia menjelaskan keadaan kelebihan daya ini perlu segera dimitigasi oleh PLN. Sebab, dalam waktu dekat ada banyak pembangkit yang masuk sehingga akan ada kapasitas sebesar 5.000 MW yang masuk ke sistem jaringan Jamali.
“Laporan yang saya terima berubah terus, tapi mudah-mudahan makin membaik. Misalkan di sistem Jamali yang paling besar itu kan kelebihan sudah 3.000 MW, dengan kondisi seperti itu. Tahun depan akan masuk lagi 5.000 MW pembangkit baru,” kata Rida akhir pekan lalu.
Rida mengatakan dengan kelebihan daya yang sekarang dialami di sistem Jamali maka PLN mau tidak mau mematikan pembangkit listriknya. Jika tidak tentu akan membuat kerugian makin membengkak. Tapi pemerintah sudah mengingatkan PLN bahwa dengan mematikan pembangkit risiko pasti besar terhadap keandalan pasokan.
“Kalau dimatikan pasti 3.000 MW itu jelas mati. Kelebihan 3.000 itu berarti ada yang dicadangan dingin, ya mati (pembangkit). Untuk efisiensi enggak mungkin hidup terus, wong nggak ada yang pakai kok. Dalam rangka meminimalisasi itu pasti mereka akan matikan dalam rangka efisiensi,” ujar dia.
Rida menilai, PLN harus segera bergerak untuk mencari konsumen listrik baru. Teruatama di sektor industri dan bisnis, menurut Rida PLN perlu menambah pelanggan yang bisa menyerap listrik secara besar.
“Kami juga cari potensi-potensi pasar baru, misalkan industri baru atau apa gitu. Kalau dulu-dulu mereka cenderung membangun atau mengadakan pembangkit sendiri. Kalau sekiranya itu dimungkinkan mereka dipasok oleh PLN yang dijamin kualitasnya bagus dan harganya akan lebih murah kalau sekiranya mereka bangun sendiri, itu digencarkan,” ungkap Rida.