REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas melonjak lagi pada akhir perdagangan Rabu (22/7), mencapai level tertinggi sejak September 2011. Kenaikan ini terjadi karena meningkatnya ketegangan Amerika Serikat (AS)-China memicu permintaan terhadap aset safe haven emas, didukung juga oleh dolar AS yang melemah.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, naik 21,2 dolar AS atau 1,15 persen, menjadi ditutup pada 1.865,10 dolar AS per ons troi pada Rabu (22/7). Sehari sebelumnya emas berjangka menguat 26,5 dolar AS atau 1,46 persen, menjadi 1.843,90 dolar AS per ons troi.
"Emas sedang mengalami percepatan yang lebih tinggi dan itu terutama karena ketegangan geopolitik dengan China. Tampaknya tidak ada akhir yang terlihat untuk eskalasi ini dan itu akan merusak sentimen karena negara-negara terbesar di dunia terus bertengkar," kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
AS memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston. Sementara sebuah sumber mengatakan Beijing sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Wuhan sebagai pembalasan.
Saling balas antara AS dan China kemungkinan akan semakin memperburuk prospek ekonomi global saat negara itu berada di bawah pengaruh pandemi.
Suku bunga rendah dan gelombang stimulus untuk meredam ekonomi yang terkena virus telah mendorong harga emas. Ini banyak digunakan sebagai asuransi terhadap meningkatnya ketidakpastian, sekitar 23 persen lebih tinggi sepanjang tahun ini.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 1,587 dolar AS atau 7,36 persen, menjadi ditutup pada 23,144 dolar AS per ons troi. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 38,5 dolar AS atau 4,19 persen, menjadi menetap pada 957,4 dolar AS per ons troi.