Rabu 22 Jul 2020 17:40 WIB

Ini Empat Tantangan Perdagangan Global Menurut Mendag

Perubahan perilaku konsumen menjadi tantangan utama.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, mengungkapkan, setidaknya terdapat empat tantangan utama dalam perdagangan global di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, mengungkapkan, setidaknya terdapat empat tantangan utama dalam perdagangan global di masa pandemi Covid-19 saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, mengungkapkan, setidaknya terdapat empat tantangan utama dalam perdagangan global di masa pandemi Covid-19 saat ini. Pelaku usaha wajib bisa menyiasati tantangan itu agar tetap bisa menjamah pasar yang saat ini tengah melemah.

Agus mengatakan, tantangan pertama yakni perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global. Konsumen saat ini jauh lebih selektif khususnya untuk produk makanan dan minuman.

Baca Juga

"Food safety dan higienitas menjadi prioritas sekaligus transaksi perdagangan secara online," kata Agus dalam webinar Forum Trade for Indonesia yang digelar secara virtual, Rabu (22/7).

Tantangan kedua yakni sikap proteksionisme perdagangan. Kebijakan itu akan meningkatkan hambatan perdagangan baik dari sisi hambatan tarif maupun nontarif.

Salah satu bentuk proteksionisme anti-dumping, subsidy safeguards, circumvention, serta anti-fraud. Selain itu, isu lingkungan dan isu keberlanjutan alam juga kerap dijadikan sebagai dalih untuk bisa melakukan proteksionisme.

Tantangan selanjutnya yakni sulitnya kerja sama perdagangan antar negara di dunia. Akibat pandemi Covid-19, perundingan kerja sama menjadi sulit diselesaikan. Karena itu, pemerintah Indonesia bersama pengusaha disarankan untuk fokus meningkatkan implementasi perjanjian-perjanjian dagang yang sudah disepakati.

Agus mengatakan, tantangan terakhir yang dihadapi secara nyata saat ini yakni potensi defisit dan resesi ekonomi. Hal ini tidak lain merupakan dampak dari Covid-19.

"Perang dagang China-AS, China-Uni Eropa, Jepang-Korea Selatan, China-Hong Kong turut menghambat perdagangan. Protes Uni Eropa dan AS ke Turki terkait konversi Haghia Sophia juga berpengaruh," kata Agus.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement