REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga jual emas (per gram) yang diproduksi PT Antam (persero) Tbk sudah mengalami kenaikan sampai Rp 220 ribu pada 22 Juli 2020, dibanding 2 Januari 2020 lalu. Saat itu, harga emas Antam dipatok di angka Rp 762 ribu per gram. Artinya, sudah ada kenaikan harga jual sebesar 28,87 persen dalam kurun waktu tak sampai tujuh bulan.
Kenaikan tajam disebabkan oleh kebutuhan investor terhadap aset aman selama pandemi Covid-19. Emas batangan pun diincar oleh para investor sebagai aset paling stabil.
Perlukah beli emas sekarang?
Dikutip dari CNBC Internasional, tren bullish emas diprediksi masih akan berlanjut. Dalam jangka pendek harga emas masih akan menunjukkan tren peningkatan. Namun yang perlu diingat, kenaikan yang cukup signifikan dalam beberapa bulan belakangan membuat investor mengeluarkan modal yang lebih tinggi bila baru memasukkan emas ke dalam portofolio investasi sekarang.
Tapi hal itu menjadi tidak masalah apabila portofolio emas ditujukan untuk jangka panjang. Secara jangka panjang, harga emas memang menjanjikan. Di Indonesia saja misalnya, harga emas Antam pada 2015 lalu masih bertengger di angka Rp 474.911 per gram. Artinya ada kenaikan harga jual lebih dari 100 persen dalam 5 tahun terakhir.
CEO Singapore Bullion Market Association, Albert Cheng, juga menyebutkan, sebenarnya tidak ada waktu yang dianggap tepat untuk membeli emas. Ia memprediksi harga emas bisa terus terbang menuju 2.000 dolar AS per ons troi sampai akhir 2020 ini.
"Setiap investor harus punya emas dalam portofolio (investasi) mereka," ujar Cheng dikutip dari CNBC Internasional.
Kebanyakan penasihat keuangan merekomendasikan alokasi emas yang ideal sebanyak 1-5 persen dalam portofolio investasi. Namun bagi Cheng, idealnya emas harus mengisi porsi 5-15 persen dalam keseluruhan investasi. Artinya emas penting dalam diversifikasi investasi.