Kamis 16 Jul 2020 12:25 WIB

Wika Optimistis Tatap Aktivitas Operasi di Semester II

Wika tetap akan mengedepankan asas prudential dan konsisten menjalankan aktivitas.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melintas di proyek pembangunan jalan tol Serang - Panimbang di Desa Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (3/7/2020). PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika memandang perlu melakukan review terhadap target-target yang semula telah dicanangkan pada awal tahun. Hal ini tak lepas dari imbas pandemi covid-19 yang memberikan dampak bagi proses bisnis perseroan.
Foto: ANTARA /Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja melintas di proyek pembangunan jalan tol Serang - Panimbang di Desa Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (3/7/2020). PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika memandang perlu melakukan review terhadap target-target yang semula telah dicanangkan pada awal tahun. Hal ini tak lepas dari imbas pandemi covid-19 yang memberikan dampak bagi proses bisnis perseroan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika memandang perlu melakukan review terhadap target-target yang semula telah dicanangkan pada awal tahun. Hal ini tak lepas dari imbas pandemi covid-19 yang memberikan dampak bagi proses bisnis perseroan.

Sekretaris Perusahaan Wika Mahendra Vijaya mengatakan beberapa kondisi makro, seperti likuiditas keuangan yang ketat, peninjauan ulang terhadap anggaran pembangunan infrastruktur, dan terbatasnya arus mobilisasi sumber daya adalah sebagian dari beberapa faktor yang berpengaruh para pelaku bisnis di tanah air, termasuk Wika.

"Sejalan dengan fase adaptasi kebiasaan baru, perseroan memiliki optimisme baru untuk mengembalikan ritme bisnisnya di tengah berbagai tantangan yang terjadi, termasuk adanya penilaian dari sebagian pihak tentang peningkatan risiko terhadap bisnis perseroan," ujar Mahendra dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (15/7).

Mahendra menyebut sejumlah faktor yang diduga menjadi pemantiknya, antara lain adanya potensi penundaan proyek infrastruktur akibat terhambatnya pekerjaan konstruksi sebagai konsekuensi pandemi Covid-19 dan kekhawatiran kebutuhan Wika untuk pengembalian utang yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Namun, sebagian yang lain, tetap menilai Wika sebagai perseroan yang kuat dan mampu memenuhi semua kewajibannya.

Ia mencontohkan Lembaga Pemeringkat International Fitch Ratings menegaskan Long-Term Foreign- and Local-Currency Issuer Default Rating (IDR) masih tetap pada rating BB dan National Long Term Rating pada AA- (idn). Fitch berpendapat Wika sebagai salah satu BUMN konstruksi terbesar memiliki rekam jejak yang

kuat dalam mengeksekusi proyek-proyek strategis nasional berskala besar. Selain itu, beberapa analis terkemuka, seperti DBS Securities, RHB Research, dan Samuel Sekuritas Indonesia masih merekomendasikan buy untuk saham Wika dengan upside rata-rata 25 persen.

"Hal ini menunjukkan Wika masih memiliki

kapasitas untuk tetap tumbuh ke depan," ucap Mahendra.

Mahendra menyampaikan rasio kemampuan arus kas perseroan untuk memenuhi kewajiban utang jangka pendek atau Debt Service Coverage Ratio (DSCR) pada kuartal I-2020 yang berhasil ditorehkan Perseroan berada pada angka 2,18x (dari minimal level covenant 1x). Hal itu menunjukkan Ebitda perseroan cukup untuk membayar utang berbunga yang jatuh tempo di tahun yang sama. Pada kuartal-I 2020, analisis tingkat utang Perseroan dari tinjauan Interest Coverage Ratio (ICR) berada pada besaran 3,18x (dari minimal level covenant 2x).

"Dengan demikian, proyeksi atas kemampuan Wika untuk membayar utang berada pada ambang optimistis bukan sebaliknya, menjadi kekhawatiran," lanjut Mahendra.

Dalam kondisi pandemi yang saat ini masih berlangsung, lanjut Mahendra, Wika tetap akan mengedepankan asas prudential dan konsisten menjalankan aktivitas operasinya. Komitmen ini menjadi penting sebagai bagian dari membangun optimisme ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement