Sabtu 27 Jun 2020 12:40 WIB

Radiasi Nuklir Tercatat Meningkat di Wilayah Baltik

Peningkatan radiasi nuklir muncul dari suatu tempat di dekat Laut Baltik.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Andri Saubani
Nuklir
Nuklir

REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA -- Sensor radiasi di Stockholm telah mendeteksi tingkat isotop yang lebih tinggi dari biasanya, Jumat (26/6). Meski begitu, Organisasi Perjanjian Nuklir-Uji-Larangan (CTBTO) menyatakan, peningkatan yang terjadi masih tidak berbahaya bagi manusia dan muncul dari suatu tempat di atau dekat Laut Baltik.

CTBTO yang komprehensif mengawasi jaringan ratusan stasiun pemantauan yang menggunakan teknologi seismik, hidroakustik, dan lainnya untuk memeriksa uji senjata nuklir di mana pun di dunia. Namun, teknologi itu dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain juga.

Baca Juga

Salah satu stasiun yang memindai udara untuk radionuklida atau partikel radioaktif yang dapat dibawa jarak jauh oleh angin, mendeteksi tingkat tinggi tiga radionuklida awal pekan ini, Cesium-134, Cesium-137, dan Ruthenium-103. "Stasiun pemantauan Stockholm menyatakan, mendeteksi 3 isotop; Cs-134, Cs-137 & Ru-103 terkait dengan fisi nuklir @ lebih tinggi [] dari tingkat biasanya (tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan manusia)," kata ketua CTBTO, Lassina Zerbo melalui akun Twitter.

Zebro menyatakan, partikel terdeteksi pada 22/23 Juni. Peta tanpa batas yang menunjukkan dari mana partikel-partikel itu mungkin datang dalam 72 jam sebelum mereka terdeteksi pun dibagikan. Terlihat  area yang luas  yang meliputi ujung Denmark dan Norwegia serta Swedia selatan, sebagian besar Finlandia, negara-negara Baltik dan bagian Rusia barat termasuk St Petersburg.

"Ini tentu saja produk fisi nuklir, kemungkinan besar dari sumber sipil," kata juru bicara CTBTO yang berbasis di Wina merujuk pada reaksi berantai atom yang menghasilkan panas dalam reaktor nuklir.

"Kami dapat menunjukkan kemungkinan wilayah sumber, tetapi itu di luar mandat CTBTO untuk mengidentifikasi asal yang tepat," ujar juru bicara CTBTO.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement