REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sandiaga Salahudin Uno menilai kemudahan permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus diprioritaskan untuk pemulihan ekonomi setelah masa pandemi Covid-19 ini. Sandi menyebut, salah satu faktor yang menghambat berkembangnnya UMKM di Indonesia adalah sulitnya akses permodalan.
Tidak hanya di masa Covid-19 ini, Sandi menyebut keadaan itu sudah terjadi bertahan-tahun. Ia menyebut, yang menghambat UMKM tumbuh berkembang adalah masih sulitnya akses pada permodalan.
"Selama 20 tahun terakhir, saya mengurus sektor UMKM. Salah satu keluhan dari UMKM ini adalah sulitnya mencari kredit modal kerja ataupun kredit investasi,” kata Sandiaga dalam keterangan pers yang diterima Republika, Jumat (19/6).
Eks Wagub DKI Jakarta menjelaskan, per hari ini portofolio kredit untuk UMKM di perbankan nasional maupun industri pembiayaan itu lebih dari 20–25 persen. Itu artinya sekitar 60 persen ekonomi Indonesia yang menciptakan 97 persen lapangan kerja terkendala inklusif keuangan.
Namun kata Sandi, masalah tersebut bisa teratasi dengan adanya teknologi FinTech karena dinilai bisa menjadi solusi pembiayaan dan permodalan.
“Kini dengan adanya teknologi kita bisa hadirkan FinTech atau jasa keuangan berbasis teknologi, mulai dari peer to peer lending hingga produk-produk lain yang bisa menghadirkan solusi permodalan,” ujarnya.
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini kemudian membeberkan bahwa dirinya memiliki salah satu platform digital yang bergerak di bidang keuangan dengan pendekatan islamic social finance yang dia namakan Bank Infaq.
“Kami menggagas program yang bernama Bank Infaq, alhamdulillah sudah tersebar ke lebih dari 40 wilayah di Indonesia. Misi dari Bank Infaq ini adalah mengelola infaq secara profesional, dan hasilnya digunakan untuk membantu masyarakat yang ingin mengembangkan usahanya dan mencegah dari pinjaman abal-abal dan tidak fair,” pungkasnya.
Namun, penggagas Rumah Siap Kerja ini juga mengingatkan agar dalam pengembangan industri keuangan secara digital dilakukan dengan hati-hati. Pasalnya, hal itu harus didukung dengan governance yang kuat dan tata kelola yang kuat.
“Jangan sampai kita justru malah menghadirkan satu pinjaman yang membebani atau memberatkan para UMKM di atas jauh dari cost of fund atau biaya-biaya yang lazim yang ada di industri,” katanya.
Dengan pendekatan digital, Sandi meyakini financial conclusion akan meningkat terlebih di masa pandemic Covid-19 ini.
“Ayo kita gunakan kesempatan ini untuk hadirkan solusi untuk industri keuangan kita melalui digital dan mari kita tingkatkan portofolio pinjaman kepada UMKM itu. Paling tidak sesuai kontribusinya terhadap ekonomi kita yaitu sekitar 60 persen,” ujarnya menambahkan.