REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai masih jadi tujuan investasi yang menarik di antara emerging market. Apalagi, dibandingkan krisis sebelumnya, kondisi Indonesia di tengah pandemi Covid-19 saat ini masih jauh lebih baik.
Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya menyebutkan, jika dibandingkan kondisi pada saat krisis pada 2008 maupun 1998, stabilitas dan ketahanan ekonomi Indonesia saat ini bisa dibilang jauh lebih baik. Sebagai contoh, inflasi saat ini stabil dan terjaga rendah di kisaran 3 persen (inflasi mencapai 12 persen pada 2008 dan 82 persen pada 1998).
Selain itu, cadangan devisa saat ini jauh lebih besar. "Kondisi cadangan devisa yang baik dapat dijadikan amunisi untuk menjaga stabilitas rupiah serta menahan laju pelemahan rupiah," kata Ivan dalam Market Update Online bersama Bank Commonwealth, Selasa (16/6).
Cadangan devisa Indonesia hingga akhir Mei berada pada level 130,5 miliar dolar AS (cadangan devisa Indonesia 50 miliar dolar AS pada 2008 dan 17 miliar dolar AS pada 1998). Cadangan devisa Mei 2020 setara dengan pembiayaan delapan bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Kondisi fundamental Indonesia yang cukup baik ini dapat membuat para investor asing kembali melirik Indonesia sebagai salah satu negara emerging market yang menjadi tujuan investasi," kata Ivan.
Terlebih, pasar obligasi Indonesia saat ini menawarkan tingkat kupon riil (real yield) sekitar 5,16 persen. Angka itu cukup atraktif dibandingkan negara emerging market lainnya.