REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris kemungkinan menjadi negara yang paling terpukul oleh Covid-19 di antara negara-negara ekonomi utama.
Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan ekonomi Inggris akan merosot sebesar 11,5 persen pada 2020. Angka ini sedikit lebih jelek dibandingkan negara-negara Eropa lain seperti Jerman, Prancis, Spanyol dan Italia.
Jika ada puncak kedua pandemi, ekonomi Inggris dapat mengalami kontraksi sebesar 14 persen. "Krisis akan membuat bayangan panjang di dunia," kata organisasi tersebut dilansir di BBC, Kamis (11/6).
OECD menyatakan, dalam skenario hantaman pandemi hanya terjadi sekali tanpa puncak kedua (single hit), mungkin ada kontraksi ekonomi 11,4 persen di Prancis, 11,1 persen di Spanyol, 11,3 persen di Italia, dan 6,6 persen di Jerman.
Dalam penilaian terbarunya, OECD menemukan ekonomi Inggris yang sebagian besar berbasis jasa menujukkan negara itu sangat terpukul akibat pembatasan sosial pemerintah. Sektor jasa, termasuk jasa keuangan, perhotelan dan pariwisata, mencapai sekitar tiga perempat PDB Inggris.
Menanggapi laporan lembaga think tank ini, Kanselir Inggris Rishi Sunak mengatakan Inggris bukan satu-satunya yang menderita. Kebijakan yang belum pernah kami ambil sebelumnya, kata Rishi, untuk membantu masyarakat dan sektor bisnis melalui tekanan ekonomi akan memastikan pemulihan ekonomi Inggris sekuat dan secepat mungkin.