REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) akan memangkas kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan Asia dan Pasifik. Revisi tersebut bakal disampaikan dalam Outlook Ekonomi Dunia (WEO) yang segers dirilis akhir Juni ini.
"Pertumbuhan PDB kuartal pertama sebagian besar negatif, indikator perekonomian pada bulan April dan Mei menunjukkan adanya gangguan parah pada kuartal II, kecuali China," kata Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF Geoffrey Okamoto, dikutip The Star, Rabu (10/6).
Menurut Okamoto, beberapa negara mengalami kesulitan dalam menahan penyebaran pandemi Covid-19. Hal tersebut berimplikasi pada prospek ekonomi negara tersebut masing-masing.
Okamoto menjelaskan, diturunkannya proyeksi pertumbuhan di Asia Pasifik mempertimbangkan durasi lockdown yang berlangsung lama. Selama diberlakukannya lockdown, aktivitas perdagangan global melambat meski diimbangi oleh berbagai stimulus di sejumlah negara.
Dalam laporan WEO terbaru yang dirilis pada April lalu, IMF memproyeksikan pertumbuhan di Asia terhenti di level nol persen pada tahun ini disebabkan pandemi Covid-19. Sementara China diperkirakan akan tumbuh moderat 1,2 persen.
Okamoto mengapresiasi langkah tegas China dalam menghadapi Covid-19. "China bertindak sangat cepat disertai langkah-langkah bijak untuk mengatasi permasalahan ini," tutur Okamoto.
Sementara itu, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Changyong Rhee, mengatakan ketika China mulai melonggarkan lockdown, kinerja kuartal pertama China sejalan dengan harapan IMF. Namun, pertumbuhan ekonomi sejumlah negara Asia lainnya justru anjlok di kuartal pertama.
"Tetapi untuk kuartal kedua, China juga tidak kebal dari perlambatan perdagangan global," tutup Rhee.