Sabtu 30 May 2020 14:55 WIB

Mengapa Arab Saudi Sukses Terapkan Nilai Tukar Tetap?

Arab Saudi sudah lama menerapkan kebijakan nilai tukar tetap riyal atas dolar AS.

Rep: Arabnews/ Red: Elba Damhuri
Petugas merapihkan mata uang Saudi Riyal
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas merapihkan mata uang Saudi Riyal

REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Talat Zaki Hafiz*

Otoritas Moneter Arab Saudi (SAMA) baru-baru ini menegaskan kembali komitmennya terhadap kebijakan nilai tukar tetap dengan mematok riyal Arab Saudi atas dolar AS sebagai pilihan strategis. 

Ini menunjukkan bahwa kebijakan patok mata uang ini mendukung pertumbuhan ekonomi nasional Arab Saudi selama lebih dari tiga dekade. Selain itu, mempertahankan nilai tukar resmi 3,75 riyal terhadap dolar AS menjadijangkar stabilitas moneter dan keuangan.

SAMA juga mengatakan cadangan devisa Kerajaan tetap memadai untuk memenuhi semua permintaan ekonomi nasional dan mencakup 43 bulan impor dan 88 persen.

 

Dapat disimpulkan, keputusan pemerintah melanjutkan kebijakannya mematok mata uangnya ke greenback dengan nilai tukar tetap tidak didasarkan pada pemikiran emosional semata-mata. Ini melainkan dilakukan karena kepentingan strategis nasional.

Mematok nilai tukar tetap atas dolar AS juga baik untuk kegiatan perdagangan komersial yang lebih luas di negara ini. Nilai tukar tetap menstabilkan biaya valuta asing yang diperlukan untuk semua jenis perdagangan.

Ini pada gilirannya memungkinkan bisnis lebih menguntungkan dan berjalan baik karena menghemat banyak uang. Tak ada fluktuasi nilai tukar.

Faktanya tetap bahwa sebagian besar cadangan devisa Kerajaan Arab Saudi berbasis pada dolar dan --berdasarkan data Dana Moneter Internasional-- dolar AS membentuk sekitar 62 persen dari semua cadangan devisa bank sentral di seluruh dunia.

Akhirnya, dengan mengusahakan kebijakan tegas untuk mematok mata uangnya terhadap dolar dan memperbaiki nilai tukar, Kerajaan tidak hanya menjaga stabilitas keuangan dan moneter, tetapi juga mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mengendalikan inflasi.

Ini sangat penting karena sebagian besar arus kas masuk dan keluar pemerintah didasarkan pada dolar atau dinilai oleh dolar AS.

Di masa lalu, periode pelemahan dolar telah menimbulkan keberatan terhadap kebijakan nilai tukar tetap oleh beberapa ekonom, karena dampak negatif terkait pada kekuatan mata uang Saudi.

Tapi itu mengabaikan banyak manfaat yang diberikan patok uang ini selama beberapa dekade. Faktanya tetap bahwa sebagian besar cadangan devisa Kerajaan berbasis pada dolar.

Selain itu, sekitar 90 persen perdagangan valas melibatkan dolar AS, sementara hampir 40 persen utang dunia diterbitkan dalam dolar.

*Talat Zaki Hafiz adalah seorang ekonom dan analis keuangan di Arab Saudi. Ia menulis untuk Arabnews.

https://www.arabnews.com/node/1682011

 

sumber : Arabnews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement