REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Bank sentral Lebanon melakukan intervensi saat pasar dibuka kembali pada Kamis (21/5) ini. Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan intervensi perlu dilakukan untuk melindungi poundsterling Lebanon yang nilai menurun sehingga menaikan harga makanan dan komoditas lainnya.
Sejak bulan Oktober lalu pound Lebanon kehilangan setengah nilainya. Hal ini membuat negara itu mengalami krisis finansial yang dianggap menjadi ancaman terbesar terhadap stabilitas sejak perang sipil 195 hingga 1990.
"Saya menerima janji dari gubernur, mulai hari ini bank akan mengintervensi pasar, melindungi pound Lebanon dan mengendalikan kenaikan nilai tukar dolar," kata Diab dalam pidato yang disiarkan televisi, Kamis (21/5).
Ia mengatakan impor makanan pokok juga dibantu dan harga kebutuhan sehari-hari akan diawasi. Diab mengatakan harga-harga barang di Lebanon akan turun.
Di kesempatan yang berbeda Diab mengatakan Lebanon berisiko mengalami krisis makanan. Ia mengatakan mungkin banyak warga yang akan kesulitan membeli roti karena krisis finansial dan pandemi Covid-19.
"Setelah sempat menjadi lumbung Mediterania Timur, Lebanon menghadapi tantangan dramatis yang tampaknya tak terbayangkan satu dekade lalu; risiko krisis pangan," tulis Diab di Washington Post.
Lebanon terus menyediakan dolar AS untuk impor gandum, obat-obatan dan bahan bakar di angka 1,507.5 pounds per dolar. Walaupun mata uang mereka runtuh di pasar paralel.