REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, tengah terjadi over suplai cabai. Hal itu karena panen raya cabai tak diimbangi permintaan akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, menuturkan, sebagian besar wilayah sentra mulai panen raya sejak April lalu dan diprediksi berlangsung hingga Juli. Akibat permintaan yang cenderung rendah, terjadi kelebihan pasokan yang berdampak pada jatuhnya harga di petani. Situasi itu membuat petani kekurangan modal untuk musim tanam selanjutnya.
Harga cabai rawit merah (CRM) dilaporkan anjlok hingga Rp 4.500 per kilogram sedangkan cabai merah keriting (CMK) dihargai Rp 5.500 per kg (kg). Padahal, rata-rata harga dari dua jenis cabai tersebut sekitar Rp 10 ribu per kg dari tingkat petani.
Kondisi tersebut, menurut Prihasto, di luar prediksi Kementan. Karena sebelumnya pemerintah sudah mengatur pola tanam dan membuat peringatan dini dalam bentuk data Early Warning System (EWS) yang dikirimkan ke seluruh wilayah setiap bulan.
"Tujuannya tak lain untuk mencegah terjadinya over supply. Namun yang terjadi saat ini adalah kejadian di luar kendali kami,” kata Prihasto dalam keterangannya, Selasa (12/5).
Ia mengatakan, sejauh ini Kementan sudah melakukan sistem tunda jual yang sudah disosialisasikan ke dinas pertanian daerah serta petani champion cabai di seluruh wilayah sentra sejak awal April lalu.
Teknisnya, Ditjen Hortikultura memfasilitasi sewa cold storage di beberapa wilayah yang dapat digunakan petani untuk menyimpan hasil panen. Nantinya, hasil panen dijual ketika harga sudah membaik. "Kami juga fasilitasi biaya distribusi dari daerah produksi surplus ke daerah minus," lanjut dia.
Berdasarkan data EWS bulan Agustus hingga Oktober mendatang, produksi aneka cabai diprediksi akan mengalami surplus nasional yang sangat tipis. Hanya sekitar 5.000-9.000 ton pada September-Oktober.
Hasil produksi tersebut dampak dari mulai terjadinya musim kemarau dan menurunnya minat tanam petani karena rendahnya harga yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, di tengah terjadinya suplai berlebih saat ini, Kementan juga mesti menyiapkan antisipasi pada musim kemarau mendatang.