Selasa 05 May 2020 10:15 WIB

AS Tambah Utang 3 Triliun Dolar AS

Utang dalam bentuk obligasi akan dipakai untuk bantuan terkait virus covid-19.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Utang (ilustrasi). Amerika Serikat (AS) telah mengatakan ingin menambah utang sebesar 3 triliun dolar AS pada kuartal kedua dalam bentuk obligasi pemerintah. Hal itu dilakukan karena paket penyelamatan terkait virus corona membebani anggaran.
Foto: AP Photo/LM Otero
Utang (ilustrasi). Amerika Serikat (AS) telah mengatakan ingin menambah utang sebesar 3 triliun dolar AS pada kuartal kedua dalam bentuk obligasi pemerintah. Hal itu dilakukan karena paket penyelamatan terkait virus corona membebani anggaran.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Amerika Serikat (AS) telah mengatakan ingin menambah utang sebesar 3 triliun dolar AS pada kuartal kedua dalam bentuk obligasi pemerintah. Hal itu dilakukan karena paket penyelamatan terkait virus corona membebani anggaran.

Jumlahnya lebih dari lima kali rekor kuartalan sebelumnya, yang ditetapkan pada puncak krisis keuangan 2008. Dalam sepanjang tahun 2019, negara itu meminjam 1,28 miliar dolar AS.

Baca Juga

AS telah menyetujui sekitar 3 triliun dolar AS dalam bantuan terkait virus, termasuk pendanaan kesehatan dan pembayaran langsung. Total utang pemerintah AS sekarang mendekati 25 triliun dolar AS, dilansir BBC, Selasa (5/5).

Paket-paket tersebut diperkirakan bernilai sekitar 14 persen dari perekonomian negara itu. Pemerintah juga memperpanjang batas waktu 15 April tahunan untuk pembayaran pajak, menambah krisis uang tunai.

Perkiraan pinjaman baru adalah lebih dari 3 triliun dolar AS di atas perkiraan pemerintah sebelumnya, suatu tanda dampak dari program-program baru. Diskusi sedang berlangsung tentang bantuan lebih lanjut, meskipun beberapa Partai Republik telah menyatakan keprihatinan tentang dampak lebih banyak pengeluaran pada melambungnya utang nasional negara itu.

AS meminjam dengan menjual obligasi pemerintah. Secara historis investor menikmati tingkat bunga yang relatif rendah, karena utangnya dipandang sebagai risiko yang relatif rendah oleh investor di seluruh dunia.

Akan tetapi sebelum virus corona, beban utang negara ini telah naik ke tingkat yang banyak ekonom anggap berisiko untuk pertumbuhan jangka panjang. Apalagi karena negara ini menghabiskan lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Kantor Anggaran Kongres AS bulan lalu memperkirakan defisit anggaran akan mencapai 3,7 triliun dolar AS tahun ini. Sementara utang nasional melonjak di atas 100 persen dari PDB.

Pekan lalu, Gubernur bank sentral AS, Jerome Powell, mengatakan dia ingin melihat data-data keuangan pemerintah AS berada dalam posisi yang lebih baik sebelum pandemi. Namun, ia mengatakan pengeluaran sekarang adalah penting untuk meredam pukulan ekonomi, karena perintah untuk menutup bisnis untuk memperlambat penyebaran virus merugikan jutaan orang pekerjaan mereka.

"Mungkin ekonomi akan membutuhkan lebih banyak bantuan dari kita semua jika pemulihan ingin menjadi yang kuat," kata Powell.

Sebagai bagian dari upaya bantuannya sendiri, Federal Reserve telah membeli lebih dari 1 triliun dolar AS dalam bentuk treasury dalam beberapa pekan terakhir. Investor dari negara-negara asing secara historis juga merupakan pemegang utang AS yang signifikan, dengan Jepang, China, dan Inggris berada di urutan teratas pada Februari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement