REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Maskapai penerbangan asal Thailand, Thai Airways International PCL saat ini disebut-sebut sedang mencari pinjaman untuk mempertahankan likuiditas akibat Covid-19. Berdasarkan informasi, maskapai itu akhir-akhir ini tengah mengupayakan pinjaman darurat senilai 58,1 miliar bath atau sekitar 1,8 miliar dolar Amerika Serikat.
Mengutip Reuters, Kamis (30/4), pinjaman yang diusulkan oleh maskapai nasional Thailand itu juga telah dijamin oleh Kementerian Keuangan. Persetujuannya telah dilakukan oleh Perdana Menteri Prayuth Chan, Rabu (29/4) kemarin.
Dalam proses selanjutnya, pinjaman itu akan diserahkan ke kabinet untuk persetujuan akhir pada pekan depan. Berdasar dokumen yang tersedia, disebutkan juga bahwa rencana terperinci operator itu merupakan yang pertama kalinya.
Jika pinjaman telah dilakukan, maskapai nasional yang kekurangan uang itu digadang-gadang akan meningkatkan modal sekitar 77,04 miliar bath, utamanya dengan penerbitan saham baru sekitar November mendatang. Dokumen itu juga mencantumkan, dari hasil yang akan didapat, pelunasan pinjaman dan Bunga akan dibayarkan untuk menjaga likuiditas.
Namun demikian, pihak Thai Airways masih belum berkomentar terkait hal tersebut, meski keaslian dokumen telah dikonfirmasi. Sejauh ini, diketahui jika masalah keuangan dan kerugian yang dimiliki Thai Airways, telah terjadi sebelum adanya wabah Covid-19, tepatnya sejak 2017 lalu.