Kamis 23 Apr 2020 01:26 WIB

Kemenperin Akui Industri Fashion Muslim Terdampak Covid-19

Masyarakat cenderung berbelanja makanan dan kesehatan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Calon pembeli melihat-lihat baju yang ada di stan pakaian Muslim (ilustrasi). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, industri fashion Muslim turut terdampak Covid-19. Hingga jelang Ramadhan, belum tampak peningkatan penjualan pada industri tersebut.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Calon pembeli melihat-lihat baju yang ada di stan pakaian Muslim (ilustrasi). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, industri fashion Muslim turut terdampak Covid-19. Hingga jelang Ramadhan, belum tampak peningkatan penjualan pada industri tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, industri fashion Muslim turut terdampak Covid-19. Hingga jelang Ramadhan, belum tampak peningkatan penjualan pada industri tersebut. 

"Dulu kan kalau mau bulan puasa kelihatan (peningkatan penjualan). Sekarang belum terlihat, karena masyarakat lebih belanja ke perut sama kesehatan," ujar Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih saat dihubungi Republika.co.id pada Rabu, (22/4).

Baca Juga

Maka, kata dia, kebanyakan pelaku industri fashion kini beralih ke produksi masker. Hal itu dilakukan supaya bisa bertahan di tengah pandemi ini. 

Beberapa pemain industri fashion Muslim besar pun, lanjutnya, mengurangi jumlah produksi. Sebab, penjualan mereka kini hanya mengandalkan lewat online. 

"Itu juga, pembeliannya tidak banyak. Beberapa yang jual masker dapat order banyak, kalau jual baju saja tidak terlalu banyak walau mau bulan puasa," jelas Gati.

Saat ini, kata dia, kinerja seluruh sektor industri memang menurun 50 sampai 70 persen. Tidak terkecuali industri fashion Muslim. Dengan begitu, tegasnya, pemerintah terus berupaya membantu industri.

"Untuk industri fashion misal, kita usulin pembelian bahan baku, kita bantu agar dikasih soft loan (pinjaman lunak)," ujar dia. 

Pemilik merek fashion Muslim Balimo yakni Decky mengungkapkan, omzetnya turun 100 persen bahkan lebih. "Kondisi sekarang ada pandemi ini begitu dahsyat, ibarat panen yang kena hama, sehingga gagal panen," kata dia kepada Republika.co.id pada Rabu.

Ia menjelaskan, pendapatannya menurun karena tokonya di Tanah Abang tutup sudah hampir sebulan. Dengan begitu, kini Decky mengandalkan penjualan lewat daring atau secara online. 

"Kita kembangkan market online. Dari dulu kita memang sudah melalui online," kata dia. 

Hanya saja, lanjutnya, saat ini penjualan lewat online juga kurang maksimal. Hal itu karena, Covid-19 menyebar di seluruh daerah. 

Maka agar tetap bertahan, Decky menurunkan kapasitas produksinya. Bila jelang Ramadhan tahun lalu, dalam seminggu mampu memproduksi 1.500 potong, sekarang hanya 500 potong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement