Senin 06 Apr 2020 06:33 WIB

Ekonom: BUMN Perlu Kaji Ulang Rencana Bisnis

Dengan penurunan permintaan, penurunan omzet dan keuntungan adalah keniscayaan.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (27/2).Dengan penurunan permintaan baik global maupun domestik, penurunan omzet dan keuntungan adalah keniscayaan. Perusahaan, terutama BUMN perlu mengkaji ulang rencana bisnisnya.
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (27/2).Dengan penurunan permintaan baik global maupun domestik, penurunan omzet dan keuntungan adalah keniscayaan. Perusahaan, terutama BUMN perlu mengkaji ulang rencana bisnisnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setoran dividen perusahaan negara pada tahun ini bisa terancam tak mencapai target. BUMN didorong mengkaji ulang rencana bisnis tahun ini.

Menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah secara keseluruhan sektor usaha mengalami penurunan omzet akibat penyebaran virus corona. Dengan menurunnya permintaan global dan domestik, penurunan omzet dan keuntungan (dividen) adalah sebuah keniscayaan.

Baca Juga

"Tidak bisa dielakkan karena BUMN dan swasta sektor pariwisata dan transpprtasi bisa dipastikan mengalami penurunan laba dan dividen,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Ahad (5/4).

Penurunan omzet akan memengaruhi setoran dividen yang dibayarkan kepada pemerintah. Perusahaan pelat merah harus melakukan pengurangan biaya untuk menghindari inefisiensi agar tidak mengalami kerugian.

“Sektor manufaktur yang sangat bergantung kepada barang impor di tengah pelemahan rupiah juga sangat terdampak negatif. Industri keuangan juga terdampak negatif karena tekanan kredit bermasalah atau NPL,” ucapnya.

Sementara Ekonom Institue for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menambahkan perusahaan pelat merah harus menyiapakan efisiensi besar-besaran secara operasional. Perusahaan harus menunda mega proyek yang memakan biaya besar dan mengkaji ulang rencana bisnis. 

“Yang perlu diperhatikan oleh BUMN juga terkait soal beban utang untuk hindari default, emudian upaya refinancing utang jatuh tempo dengan sumber pembiayaan yang murah. Ini membutuhkan kecepatan. Speed untuk adjustment menjadi kunci para pimpinan BUMN,” jelasnya.

Berdasarkan perkembangan kredit sektor usaha yang rentan turun adalah sektor BUMN migas karena harga minyak murah, disusul pertambangan dan perkebunan. Kemudian BUMN sektor logistik, transportasi darat laut dan udara sudah menunjukkan penurunan bahkan sebelum Covid 19.

“BUMN bidang industri pengolahan melambat terkena sulitnya akses bahan baku dan permintaan pasar ekspor yang rendah. Meskipun tidak instan ya kalau untuk manufaktur ada jeda nya, baru terlihat semester dua nanti,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement