REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Negara G20 yang digelar secara virtual, Kamis (26/3), menghasilkan sejumlah poin. Salah satunya, mendorong negara-negara yang masih memiliki sumber daya meningkatkan kapasitas produksi alat kesehatan.
Hal ini untuk memulihkan rantai pasok alat kesehatan di pasar dunia akibat pandemi Covid-19. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, China sebagai negara yang sudah mulai pulih dari penyebaran Covid-19 menyampaikan komitmennya untuk mulai menaikkan angka produksi alat pelindung diri (APD) seperti masker, hand sanitizer, hingga ventilator pernapasan.
Tak hanya China, Indonesia juga ikut menyampaikan kesanggupannya meningkatkan kapasitas produksi, terutama untuk hand sanitizer. "Semua negara alami kekurangan alat kesehatan terutama APD, kemudian test kit, dan ventilator. IMF dan World Bank mengupayakan dukungan agar perusahaan yang bisa produksi itu dapat prioritas sehingga suplai alat kesehatan seluruh dunia bisa dinaikkan. Indonesia memiliki kapasitas untuk suplai, termasuk hand sanitizer," ujar Sri dalam keterangan pers, Kamis (26/3) malam.
Para pemimpin negara G20, juga berkomitmen mendorong kolaborasi antarperiset melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Aliansi Global untuk Vaksi dan Imunisasi (GAVI) agar segera menemukan antivirus dan obat bagi penyakit Covid-19. Para Menteri Keuangan negara-negara G20 bahkan telah mengalokasikan anggaran hingga 4 miliar dolar AS untuk mengakselerasi riset terkait penemuan antivirus Covid-19.
"Ini sedang dibahas bersama dalam level Menkeu anggota G20," ujar Sri.
Para Kepala Negara/Kepala Pemerintahan yang mengikuti KTT Luar Biasa G20 ini adalah Presiden Joko Widodo, Presiden Argentina Alberto Fernández, Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, PM Kanada Justin Trudeau, Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Kemudian hadir pula Perdana Menteri India Narendra Modi, PM Italia Giuseppe Conte, PM Jepang Shinzō Abe, Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador, Presiden Rusia Vladimir Putin, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, PM Inggris Boris Johnson, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dan Presiden Uni Eropa Charles Michel.