REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memastikan likuiditas di pasar keuangan tetap cukup, baik rupiah maupun valuta asing (valas). Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan BI sudah mengucurkan hampir Rp 300 triliun sebagai injeksi likuiditas.
"Kami pastikan likuiditas di pasar lebih dari cukup," kata Perry dalam briefing update siaran langsung, Selasa (24/3).
Injeksi likuiditas tersebut dalam bentuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder sebesar Rp 168,2 triliun, transaksi repo sebesar Rp 55 triliun dan penurunan Giro Wajib Minimum sebesar Rp 75 triliun. Perry mengatakan BI akan terus melakukan injeksi saat dibutuhkan baik di pasar rupiah maupun valas.
Stabilisasi rupiah dilakukan dengan triple intervention, yakni spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder. BI memastikan bekerjanya mekanisme pasar uang dan pasar valas, baik di dalam negeri maupun luar negeri, agar memenuhi kebutuhan likuiditas.
"Kami juga melakukan lindung nilai, kebutuhan dolar tidak hanya bisa dipenuhi dari spot, tapi juga melalui DNDF," katanya.
BI sudah merelaksasi ketentuan-ketentuan bagi investor asing untuk bisa melakukan lindung nilai melalui rekening mereka yang di vostro untuk sebagai underlying di pasar valas. BI juga merelaksasi ketentuan posisi devisa neto agar kemampuan melakukan lindung nilai bisa terus dilakukan.
Perry mengatakan sejauh ini perkembangan nilai tukar rupiah cukup stabil. Sistem penawaran berjalan baik. Ia berterima kasih pada eksportir yang sudah memasok dolar di pasar valas sehingga rupiah bisa bergerak stabil.
"Kami terus memantau, dan menstabilitasi baik dengan tunai, spot, DNDF atau pembelian SBN," katanya.
BI juga memastikan, jumlah cadangan devisa lebih dari cukup untuk menstabilkan nilai tukar. Perry mengatakan kepanikan global sudah sedikit menurun meski masih tinggi. Namun semua pihak moneter global memastikan untuk menstabilkan ekonomi secara makro.