REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merebaknya wabah virus corona berdampak pada perusahaan minyak asal Arab Saudi, Aramco. Saham Aramco ambles 11 persen sejak awal Februari.
Dilansir dari Reuters, saham Aramco turun 6,2 persen ke posisi 30,85 riyal. Ini menjadi persentase penurunan tertajam dalam sehari, dan di bawah harga IPO 32 riyal.
Nilai IPO Aramco pada Desember tahun lalu memecahkan rekor, yakni mencapai 1,7 triliun dolar AS. menjadikannya perusahaan paling berharga di dunia. Harga saham Aramco pada saat itu mencapai level tertinggi harian, yakni 38,70 riyal pada hari kedua perdagangan, tetapi terus menurun sejak saat itu.
"Aramco berada di bawah tekanan karena kegagalan kesepakatan," kata Marie Salem, kepala lembaga di Daman Securities, Senin (9/3).
Harga minyak juga merosot, dan jatuh lebih jauh pada hari Jumat (6/3) setelah pakta tiga tahun antara OPEC dan Rusia yang bertujuan mendukung pasar berakhir dengan sengit ketika Moskow menolak untuk mendukung pengurangan produksi yang lebih dalam. OPEC merespons dengan menghilangkan semua batasan pada produksinya sendiri.
"Kami berharap melihat Arab Saudi, UEA, dan produsen besar lainnya dalam OPEC meningkatkan produksi selama sisa tahun 2020 karena mereka kembali ke strategi pangsa pasar daripada penargetan harga," kata Edward Bell, analis komoditas di Emirates NBD.
Jaap Meijer, kepala penelitian ekuitas di Arqaam Capital, mengatakan investor Aramco harus dilindungi oleh aliran dividen yang dijamin, karena pemerintah akan mengurangi pembayaran dividen sendiri untuk melindungi pemegang saham minoritas.
Aramco telah merencanakan dividen sebesar 75 miliar dolar untuk tahun 2020, lebih dari lima kali lebih besar dari pembayaran Apple Inc, yang merupakan salah satu yang terbesar untuk perusahaan S&P 500.