Senin 09 Mar 2020 05:21 WIB

AS Hapus Sementara Bea Impor Produk Medis dari China

Produk kesehatan asal China dikenakan bea impor oleh AS per 1 September 2019.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.
Foto: AP Photo/File
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (US Trade Representative/USTR) mengabulkan permintaan penghapusan sementara bea masuk terhadap lusinan produk medis yang diimpor dari China. Termasuk di antaranya, masker wajah, tisu pembersih tangan dan sarung tangan pemeriksaan. Kebijakan ini untuk mengantisipasi penyebaran virus corona di AS.

Seperti dilansir Reuters, Sabtu (7/2), banyak perusahaan meminta pengecualian tarif impor terhadap produk medis China dipercepat di tengah wabah virus korona yang menyebar dengan cepat di AS. Perusahaan sudah mulai mengajukan surat permintaan kepada USTR pada 31 Januari.

Baca Juga

Salah satu perusahaan yang sudah menerima fasilitas pengecualian bea impor adalah Medline International Inc. Perusahaan berbasis Illinois ini menerima pembebasan bea masuk terhadap 30 produk kesehatan China, mulai dari gaun bedah, masker hingga gelas obat.

Sebagian besar produk itu sudah diminta Medline International Inc untuk dikecualikan bea impor sejak akhir Januari. Berdasarkan arsip yang dikutip Reuters, Jumat (7/2), USTR sudah mulai memberlakukannya sejak Kamis (6/2).

Produk-produk kesehatan menjadi bagian dari barang dari China yang dikenakan bea impor oleh Presiden AS Donald Trump per 1 September 2019. Besaran tarif pada produk medis semula ditetapkan 15 persen yang diturunkan menjadi 7,5 persen pada 15 Februari 2020 sebagai bagian dari perjanjian perdagangan Fase 1 AS-China. Kesepakatan ini menetapkan tarif sekitar 370 miliar dolar AS impor dari Cgina, termasuk 25 persen bea atas barang senilai sekitar 250 miliar dolar AS.

Sementara itu, masih banyak produk China yang diminta perusahaan untuk pengecualian bea impor, namun belum dikabulkan oleh USTR. Misalnya saja permintaan Apple Inc untuk pengecualian produk headphone Airpod hingga speaker pintar Homepod yang sudah diajukan sejak 31 Oktober.

Mengutip data dari Worldometers, Ahad (8/3) pukul 21.38 WIB, jumlah korban meninggal di AS mencapai 19 orang. Secara total, kasus infeksi di AS tembus di angka 447 dengan 12 kasus di antaranya adalah baru. Selain itu, lebih dari 3 ribu orang dari 50 negara sedang dikarantina di Kapal Grand Princess dekat San Fransisco, Kalifornia.

Dilansir Reuters, Ahad (8/3), setengah lebih dari semua negara bagian AS telah melaporkan kasus virus corona. Kehidupan sehari-hari menjadi terganggu dengan perhelatan musik dan konferensi dibatalkan. Rerguruan tinggi menyuruh siswa untuk tinggal di rumah dan mengambil kelas online.

Dua kematian terakhir terjadi di King County, Washington, daerah yang paling parah terdampak virus corona di AS.

Di pusat bisnis AS, New York, jumlah kasus yang terkonfirmasi naik 13 pada Sabtu menjadi 89 orang. Dengan kondisi ini, Gubernur New York Andrew Cuomo mendeklarasikan daerahnya dalam status darurat. Status ini memungkinkan pemerintah menyediakan pendanaan dan sumber daya khusus untuk menangani wabah yang sedang terjadi.

"Ini (status darurat) memungkinkan pembelanjaan dipercepat dan perekrutan dipercepat, yang menjadi kebutuhan kita saat ini," ujar Cuomo dalam konferensi pers.

Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (US Food and Drug Administration/ USFDA) akan mengirimkan 2,1 juta alat tes virus corona ke laboratorium non-publik pada Senin (9/3). Fokus penyebaran utama adalah Washington dan Kalifornia yang memiliki tingkat risiko tertinggi.

Komisioner USFDA Stephen Hann mengatakan, beberapa produsen test kit akan mengirimkan jutaan paket lagi. "Mereka menjelaskan kepada kami, mereka yakin dapat menambah prpoduksi pada akhir pekan depan. Kapasitasnya 4 juta alat tes yang dapat dikirimkan," katanya.

Virus corona kini telah menyebar ke lebih dari 90 negara dengan korban meninggal 3.661 orang dan menginfeksi lebih dari 100 ribu orang di dunia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement