Jumat 28 Feb 2020 11:11 WIB

Investor Alihkan Aset ke Safe Haven, Rupiah Melemah

Rupiah diprediksi akan terus melemah karena belum ada sentimen positif baru.

Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (28/2) pagi melemah.
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (28/2) pagi melemah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (28/2) pagi melemah. Hal ini terjadi seiring beralihnya investor ke aset investasi berisiko rendah atau safe haven karena khawatir dampak wabah Covid-19.

Pada pukul 10.02 WIB, rupiah bergerak melemah 65 poin atau 0,46 persen menjadi Rp 14.090 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.025 per dolar AS. 

Baca Juga

"Sentimen kelihatannya masih belum membaik. Tekanan terhadap aset berisiko karena peningkatan penyebaran wabah Virus Corona di luar China, masih besar," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.

Tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga terus merosot. Bahkan, sempat menyentuh 1,235 persen yang merupakan level terendah sepanjang masa.

"Ini mengindikasikan banyak yang membeli obligasi tersebut untuk mengamankan nilai aset," ujar Ariston.

Ariston memprediksi rupiah hari ini masih berpotensi tertekan di kisaran Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.100 per dolar AS. Rupiah berpotensi melemah karena belum ada sentimen baru.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi juga memprediksi rupiah hari ini masih berpotensi tertekan di kisaran Rp 13.960 per dolar AS hingga Rp 14.060 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 14.234 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.018 per dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement