Kamis 27 Feb 2020 12:13 WIB

Daya Tahan Manggis Purwakarta Jadi Unggulan

Buah manggis menjadi salah satu produksi pertanian unggulan di Kabupaten Purwakarta.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Gita Amanda
Daya tahan manggis Purwakarta jadi unggulan.
Foto: Kementan
Daya tahan manggis Purwakarta jadi unggulan.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Buah manggis menjadi salah satu produksi pertanian unggulan di Kabupaten Purwakarta. Manggis khas Purwakarta memiliki perbedaan tersendiri dibanding manggis pada umumnya.

Kepala Bidang Perkebunan dan Holtikultura, Dispangtan Purwakarta, Hadiyanto Purnama mengatakan, manggis Purwakarta masuk dalam varietas Wanayasa, dan sudah terdaftar secara resmi di Kementerian Pertanian. Manggis Purwakarta juga memiliki ciri khas dan keunggulannya dibanding manggis dari daerah lain.

Baca Juga

“Setiap daerah kan punya khas masing-masing. Kalau Manggis Purwakarta, punya khas tersendiri. Salah satunya, terlihat dari teksturnya yang lembut dan kulit luarnya yang mulus, juga dari perpaduan rasanya yang manis asam (segar),” kata Hadiyanto Rabu, (26/2) dalam siaran persnya.

Selain dari bentuk dan rasa, kata dia, buah manggis khas Purwakarta memiliki daya tahan yang cukup lama. Sehingga, jika nantinya disimpan dalam ruangan bisa bertahan hingga 28 hari dengan kondisi masih segar.

“Kalau manggis daerah lain, itu biasanya bertahan kurang dari 28 hari. Kalau Manggis varietas Wanayasa, itu bisa bertahan lama,” ujarnya.

Menurutnya Pemerintah Kabupaten Purwakarta melalui Dinas Pangan dan Pertanian(Dispangtan) terus berupaya mendorong buah manggis atau ratu buah tropis dengan ciri khas warna kulit merah keunguan, memiliki daya saing secara global. Sebagaimana diketahui, Manggis Wanayasa, saat ini menjadi buah primadona khas Kabupaten Purwakarta.

Hadi menjelaskan, saat ini luas lahan perkebunan Manggis di Purwakarta mencapai lebih dari 1.500 hektare. Lahan tersebut, tersebar di lima kecamatan. Yakni, Wanayasa, Kiarapedes, Bojong, Darangdan dan Pondoksalam.

Saat ini, rata-rata produksi buah manggis saat panen raya, sekitar 47 ton per hektare. Hasil panen tersebut, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja, tapi juga untuk kebutuhan ekspor.

Ia menambahkan, dalam hal ini, pihaknya terus berupaya mendorong supaya produktivitas perkebunan manggis ini terus meningkat, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu upayanya yakni dengan memberikan bimbingan mengenai good agricultural practice (GAP) dan standard operational procedure (SOP) kepada para petani.

“Dari sisi kuantitas sendiri, kami terus mendorong bagaimana supaya produktivitasnya terus meningkat sehingga kebutuhan domestik maupun ekspor bisa tetap terpenuhi,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement