Rabu 19 Feb 2020 19:10 WIB

Soal Insentif Pariwisata, Pakar: Tidak Ada Manfaatnya

Dua hal yang dilihat Wisman saat ini yakni keunikan dan keontetikan destinasi

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Esthi Maharani
Wisatawan mancanegara berfoto dengan model berpakaian tradisional Bali di Terminal Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Foto: Istimewa
Wisatawan mancanegara berfoto dengan model berpakaian tradisional Bali di Terminal Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia, Azril Azahari mengkritik rencana pemerinta untuk memberikan insentif dan diskon untuk sektor pariwisata. Menurut dia, insentif, apapun bentuknya tetap tidak akan berpengaruh pada minat wisatawan untuk berwisata di tengah situasi saat ini.

"Pemerintah seperti tidak paham pariwisata. Wisatawan sekarang mau berwisata bukan karena harga tiket pesawat, hotel, murah, tidak. Mereka mau datang karena ada daya tarik," kata Azril kepada Republika.co.id, Rabu (19/2).

Azril menjelaskan, hal itu berlaku bagi wisatawan mancanegara atau wisman. Ada dua hal yang dilihat oleh wisman saat ini, yakni keunikan dan keotentikan suatu daerah destinasi. Mereka, para wisman mencari pengalaman terbaik di destinasi yang dituju.

Di sisi lain, tren pariwisata dunia sejak tahun 2010 mulai bergesr dari cenderung kuantitas atau jumlah destinasi yang dikunjungi menjadi kualitas. Terdapat tiga hal yang dicari dalam kualitas destinasi yakni unsur ketenangan, keberlanjutan, dan spiritualitas.

Dalam konteks kepanikan dunia akibat virus corona saat ini, Azril mengamini bahwa tren kunjungan wisman tentu akan berkurang. Namun di sisi lain, Indonesia hingga saat ini belum terpapar virus corona.

Momen tersebut semestinya dimanfaatkan optimal oleh pemerintah untuk membenahi daya tarik pariwisata. Bukan dengan kepanikan akan menurunnya pertumbuhan sektor pariwisata sehingga terburu-buru menyiapkan insentif.

"Ini soal safety dan security. Kalau dua itu tidak ada lalu daya tarik juga tidak ada, tapi harga murah, apa mau datang? Lalu, kalau safety dan security tidak ada tapi ada daya tarik dan harganya normal, tentu tidak masalah bagi wisatawan," tuturnya.

Beruntung, kata Azril, Indonesia saat ini masih aman karena belum terpapar virus corona. Karena itu, unsur safety dan security dalam konteks virus corona masih terjaga. Tinggal bagaimana pemerintah membenahi secara cepat tingkat daya tarik pariwisata di Indonesia. 

"Jadi seharusnya di masa penurunan ini mari berbenah diri dari destinasi yang ada. Benahi daya tarik, event, perbaiki itu sebagus-bagusnya," ujarnya.

Ia pun mengingatkan pemerintah agar selalu melibatkan para ahli dalam setiap kebijakan di sektor pariwisata. Tanpa pelibatan para ahli, akan banyak kebijakan-kebijakan fatal yang justru tidak akan memberikan manfaat bagi perkembangan industri pariwisata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement