REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri Syariah fokus melakukan transformasi digital pada 2019. Perusahaan meluncurkan fitur pembukaan rekening online, digital branch, memperkaya fitur digital channel seperti tarik tunai tanpa kartu ATM, fitur-fitur pembelian, pembayaran termasuk QRIS, dan lain-lain.
Sekretaris Perusahaan, Ahmad Reza mengatakan ini merupakan langkah pertama untuk transformasi bank syariah. Perusahaan berkomitmen mengakomodasi kebutuhan masyarakat untuk bertransaksi dan beribadah Mandiri Syariah sehingga menjadikan Mandiri Syariah Mobile sebagai Superapp.
"Kita ingin fokus sekali di digital tapi tidak terkait dengan penutupan cabang," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (17/2).
Aplikasi Mobile Banking Mandiri Syariah membuat nasabah bisa melakukan transaksi keuangan, berbagi melalui fitur pembayaran zakat, sedekah, wakaf, kurban, sekaligus beribadah melalui kemudahan mendapatkan jadwal shalat, arah kiblat, lokasi masjid, juz amma, kutipan hadis, dan lainnya. Untuk kemudahan transaksi, terdapat juga Mandiri Syariah Mobile Keyboard, blokir kartu Mandiri Syariah Debit, dan juga kemudahan payment untuk transaksi e-commerce, pelunasan haji, top up e-wallet (e-money, Gopay, Ovo).
Direktur IT, Operation and Digital Banking Mandiri Syariah Achmad Syafii menambahkan pengembangan fitur digital berdampak pada peningkatan pendapatan Fee Based Income (FBI) digital channel. FBI tercatat naik 24,86 persen dari Rp 166,47 miliar per Desember 2018 menjadi Rp 207,86 miliar per Desember 2019.
FBI dari mobile banking berkontribusi tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 88,03 persen dari Rp 27,46 miliar per Desember 2018 menjadi Rp 51,64 miliar per Desember 2019. Sampai dengan Desember 2019, user Mandiri Syariah Mobile mencapai 1,05 juta pengguna dengan jumlah transaksi sebanyak 24 juta transaksi.
Pertumbuhan transaksi tertinggi berasal dari transaksi Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (Ziswaf) yang naik 374 persen. Semula 440 ribu transaksi di 2018 menjadi dua juta transaksi di 2019.