Sabtu 15 Feb 2020 02:20 WIB

Dipakai Miliaran Orang, Whatsapp Klaim Privasi Data Pengguna

Whatsapp mengklaim aplikasi ini tidak bisa diretas karena dilindungi enkripsi.

Rep: Novita Intan/ Red: Nashih Nashrullah
Whatsapp mengklaim aplikasi ini tidak bisa diretas karena dilindungi enkripsi.
Foto: Republika/Umi Nur Fadhilah
Whatsapp mengklaim aplikasi ini tidak bisa diretas karena dilindungi enkripsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— WhatsApp, aplikasi perpesanan milik Facebook mencatat jumlah pengguna mencapai dua miliar. Dengan pencapaian tersebut WhatsApp menjadi platform media sosial terbesar kedua di bawah Facebook yang memiliki sekitar 2,50 miliar pengguna aktif per Desember 2019. 

WhatsApp tidak memerinci bagaimana cara menghitung jumlah pengguna tersebut. Namun, perusahaan mencatat telah memiliki 500 juta pengguna pada 2014 ketika Facebook Inc membelinya senilai 19 miliar dolar AS.   

Baca Juga

Adapun jumlah pengguna WhatsApp telah mencapai lebih dari seperempat populasi dunia. Bahkan, para penggunanya diklaim selalu dilindungi enkripsi dari ujung ke ujung (end-to-end) dalam setiap aktivitas pertukaran pesannya.  

"Enkripsi ujung ke ujung berarti tidak ada orang lain selain kamu dan orang yang berada dalam percakapan yang dapat membaca, atau mendengar konten pesan tersebut, bahkan WhatsApp sekali pun,” ungkap WhatsApp, dalam keterangannya, Jumat (14/2). 

“Kami menyadari semakin banyak pengguna yang terhubung, semakin banyak pula yang harus kami lindungi. Seiring dengan semakin banyaknya aspek kehidupan yang dilakukan secara online, melindungi pembicaraan pengguna menjadi lebih penting dari sebelumnya,” ungkap WhatsApp di blog perusahaan. 

Meskipun WhatsApp mengklaim sebagai aplikasi percakapan dengan perlindungan yang aman. Namun, beberapa kali, aplikasi ini sempat dikabarkan mengenai celah keamanan yang serius. Beberapa waktu lalu, ponsel iPhone X milik miliuner sekaligus pendiri Amazon Jeff Bezos ternyata diretas melalui video berisi spyware yang dikirim melalui WhatsApp.  

Aplikasi ini juga sempat menggugat NSO Group asal Israel karena mengeksploitasi celah keamanan yang ditemukan. NSO Group merupakan pengembang spyware bernama Pegasus yang bisa memantau percakapan pengguna WhatsApp. Spyware yang dijual bebas ini diduga telah digunakan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi untuk meretas ponsel Jeff Bezos. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement