Sabtu 15 Feb 2020 00:05 WIB

Singapura Mungkin Hadapi Resesi Ekonomi Akibat Virus Corona

Singapura baru saja menunjukkan tanda-tanda pemulihan pertumbuhan ekonomi

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan ekonomi Singapura dapat memasuki resesi akibat wabah virus corona baru (Covid-19). Ia menambahkan bahwa negara itu sedang bersiap-siap menghadapi pukulan keras di kuartal mendatang.

"Dampaknya akan signifikan setidaknya dalam beberapa kuartal mendatang. Ini adalah wabah yang sangat hebat," kata Lee Hsien Loong dalam wawancara video yang diunggah di halaman akun Facebooknya, Jumat 914/2).

Baca Juga

"Saya tidak bisa mengatakan apakah kita akan mengalami resesi atau tidak. Itu mungkin, tapi pasti perekonomian kita akan terpukul," kata Lee dalam sambutannya kepada media di bandara utama Changi, Singapura.

Lee mengatakan, bisnis di bandara terpukul dengan pengurangan sepertiga jumlah penerbangan. Singapura pada dasarnya telah melarang semua pengunjung dari China, sumber wisatawan terbesarnya.

Sementara beberapa negara telah menyarankan untuk tidak bepergian ke Singapura yang memiliki salah satu jumlah keseluruhan infeksi virus tertinggi di luar China pada angka 58.

Sektor manufaktur dan perdagangannya mungkin juga dilanda gangguan ekonomi yang meluas di China akibat wabah tersebut.

Singapura baru saja menunjukkan tanda-tanda pemulihan dari tingkat pertumbuhan terendah dalam satu dekade tahun lalu yakni 0,7 persen ketika wabah menyebar ke pusat bisnis Asia itu pada akhir Januari lalu.

Singapura akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal keempat pada Senin (17/2), dan para ekonom mengantisipasi revisi untuk kisaran perkiraan pertumbuhan 2020 sebesar 0,5 hingga 2,5 persen.

Pada Selasa (18/2), pemerintah akan meluncurkan paket langkah-langkah anggaran untuk meredam pukulan ekonomi dari epidemi, dengan beberapa analis memperkirakan akan mengalami defisit terbesar dalam lebih dari satu dekade.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement