REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transaksi elektronis dinilai berperan besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagai bagian dari infrastruktur ekonomi digital, sistem pembayaran ini bisa lebih mempercepat proses transaksi dibandingkan secara tunai.
"Saya kira perannya cukup besar. Selain mempercepat transaksi, sistem pembayaran ini bisa menurunkan peredaran uang palsu," kata ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, Selasa (11/2).
Bhima menambahkan, transaksi elektronis juga bisa mengubah perilaku masyarakat dalam berbisnis. Dengan sistem pembayaran yang lebih canggih, orang lebih suka berjualan secara daring dibantu dengan pembayaran yang bisa dilakukan 24 jam.
Dengan sistem pembayaran online ini biaya transaksi akan lebih murah. Masyarakat tidak lagi harus mengeluarkan biaya tambahan transportasi hanya untuk melakukan transaksi.
Senada, Direktur Utama Artajasa, Bayu Hananta Sena, mengatakan inovasi transaksi elektronis dapat membuat pengeluaran menjadi lebih efisien. "Peningkatan transaksi elektronis akan berakibat pada turunnya transaction cost sehingga perekonomian akan efisien," kata Bayu.
Berdasarkan penelitian, menurut Bayu, transaksi elektronis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di negara maju. Sistem pembayaran tersebut mampu menyumbang hingga 1-1,5 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB).
Namun, Bayu melihat Indonesia dengan karakteristik negara kepulauan serta infrastruktur yang jauh dari ideal, masih butuh waktu lama untuk bisa mencapai angka tersebut.
"Karakterisktik dan infrastruktur kita belum memadai. Maka kita harus dorong ini terus agar bisa tercapai," tutup Bayu.