REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan lalu lintas ekspor mulai menunjukan hasil positif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pertanian periode Desember 2019 meningkat hingga 24,35 persen atau jika mencapai 370 juta dolar AS.
Bahkan, angka tersebut diprediksi meningkat karena Kementan terus mendorong pengusaha dan eksportir untuk melipatgandakan nilai ekspor mereka melalui program jangka panjang Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks). Terobosan yang dibuat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo inipun menunjukkan hasil yang cukup membanggakan.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengaku optimistis dengan program jangka panjang Gratieks. Menurutnya, program tersebut mampu memenuhi kebutuhan pangan lokal dan interbasional. Apalagi, berdasarkan data yang ada, laju pertumbuhan ekspor pertanian Indonesia kian meningkat setiap tahunnya.
"Melalui terobosan Gratieks diharapkan dalam lima tahun ke depan, secara bertahap ekspor produk pertanian meningkat tiga kali lipat dari sekarang," katanya.
Sekadar catatan saja bahwa pada bulan Februari ini, Kementerian Pertanian sudah melepas ekspor komoditas pertanian asal Provinsi Gorontalo yang memiliki potensi ekspor cukup luas. Komoditas itu antara lain berupa tepung kelapa, briket arang tempurung, dan kopra putih.
Untuk tepung kelapa, rencananya akan diekspor sebesar 6.500 ton menuju negara China, Taiwan, Hamburg, Roterdam, Rusia, Polandia, dan Afrika. Lalu lintas ekspor ini memiliki nilai transaksi sebesar Rp 106 miliar.
Sedangkan untuk briket arang tempurung, total yang diekspor mencapai 38 ton dengan nilai transaksi sebesar Rp 576 miliar menuju negara Arab Saudi. Disusul Kopra putih yang mencapai 600 ton dengan nilai taranskasi Rp 8.400 miliar.
Kuntoro mengatakan, tren kenaikan ekspor juga terlihat dari data yang dikeluarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan (Pusdatin). Pusdatin merilis bahwa selama lima tahun ini, Kementan berhasil menggenjot ekspor produk pertanian hingga 26,9 persen. Capaian tersebut tercatat dari volume ekspor tahun 2013 yang tadinya 33,5 juta ton menjadi 42,5 juta ton pada tahun 2018.
Dari sisi nilai, selama peridoe 2014-2018, jumlah keseluruhan ekspor produk pertanian Indonesia mencapai Rp 1.957,5 tirliun dengan akumulasi tambahan Rp 352,58 triliun. Pada bagian ini, sektor perkebunan tercatat menjadi komoditas ekspor yang cukup tinggi. Sektor ini menjadi andalan ekspor Indonesia seiring meningkatnya konsumsi dan perubahan gaya hidup masyarakat global.
Pada 2018, kontribusi eksport sektor pertanian mencapai 2,11 persen dari total eksport non-migas senilai kurang lebih 500 triliun. Namun pada tahun 2019, angka lnya meningkat menjadi 2,34 persen atau setara dengan 550 triliun.
"Jika Gratieks dapat berkontribusi penuh pada 2024, maka potensi ekspor kita diperkirakan mencapai Rp 1,800 triliun. Angka ini sama dengan equal 7,5 persen kontribusi sektor pertanian terhadap total eksport non-migas," katanya.
Sebagai informasi, Gratieks adalah gerakan yang digagas Mentan Syahrul Yasin Limpo, yang dalam implementasinya telah melibatkan banyak stake holders. Gerakan ini memiliki tujuan utama, yakni menyatukan kekuatan pemegang kepentingan pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir. Gerakan ini diharapkan mampu bekerja dengan cara yang tidak biasa karena sudah memanfaatkan teknologi, inovasi, IT, digitalisasi, riset, jejaring dan kerja sama yang kuat.
"Kita harus ingat bahwa semua negara yang ada di dunia sedang berusaha meningkatkan jumlah ekspor, lalu menekan jumlah impor. Untuk itu, kita wajib menjaga neraca perdagangan ini dengan meningkatkan daya saing setiap komoditi dan melakukan lobi diplomasi multilateral dengan negara di dunia," tutup Kuntoro.