Sabtu 08 Feb 2020 22:43 WIB

Virus Corona tak Berdampak Signifikan Pada Sektor Tambang

Sektor tambang juga akan berdampak jika wabah corona terjadi dalam waktu yang lama.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Bambang Gatot Ariyono - Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
Foto: Republika/ Wihdan
Bambang Gatot Ariyono - Direktur Jenderal Mineral dan Batubara

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Merebaknya virus Corona yang berada di China tak terlalu berdampak pada sektor pertambangan dalam negeri yang tujuan utama ekspornya adalah China. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menyatakan bahwa wabah corona belum berdampak signifikan ke sektor tambang Indonesia.

Menurut Bambang, meski China menjadi pasar utama ekspor komoditas tambang Indonesia, namun baik secara operasional maupun investasi, sektor minerba belum terganggu sentimen corona.

Baca Juga

Hanya saja, Bambang tak menutup kemungkinan sektor tambang juga akan berdampak jika wabah corona terjadi dalam waktu yang lama. "Belum (berdampak), ini kan baru sebentar. Kalau sudah enam bulan mungkin baru kelihatan," kata Bambang, Sabtu (8/2).

Walau secara umum belum memberikan dampak signifikan, Bambang mengungkapkan bahwa efek corona baru terasa di komoditas batubara. Hal itu tercermin dalam Harga Batubara Acuan (HBA) Februari 2020 yang naik tipis dibanding bulan sebelumnya. "Batubara harga naik sedikit," sambungnya.

Sebagai informasi, HBA Februari tercatat sebesar 66,89 dolar per ton. Angka itu naik 1,45 persen dibandingkan HBA Januari yang ada di angka 65,93 dolar per ton. Virus corona menjadi salah satu faktor yang ikut mengatrol HBA di bulan ini.

Sebab, China masih memegang peranan besar. Kenaikan HBA dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan batubara dari tambang di Negeri Tirai Bambu tersebut. Hal itu terjadi setelah libur Tahun Baru Imlek dan juga terpengaruh oleh merebaknya wabah virus corona.

Sementara di komoditas lainnya, seperti nikel, Bambang menyatakan virus corona belum memberikan dampak yang berarti. Apalagi, Indonesia telah resmi melarang ekspor bijih nikel (ore) kadar rendah sejak 1 Januari 2020 lalu.

Menurut Bambang, wabah virus corona di China belum berdampak signifikan terhadap ekspor produk turunan nikel seperti Nikel Pig Iron (NPI). Bambang pun optimistis, para pelaku usaha tambang di Tanah Air akan melakukan investasi dan produksi sesuai rencana yang telah ditargetkan pada tahun ini. "Kita produksi sesuai dengan (rencana) sekarang aja, belum ada antisipasi, normal biasa saja," ujar Bambang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement