REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan siap untuk mencari pasar wisatawan mancanegara (wisman) yang baru menggantikan China. Hal itu menyusul mulai diterapkannya larangan terbang dari dan ke Cina per hari ini, Rabu (5/2).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, mengatakan, pihaknya akan aktif untuk melakukan pemasaran secara digital untuk pasar-pasar potensial selain Cina. Sebab, strategi pemasaran yang efektif saat ini harus dilakukan secara digital.
"Kita akan aktif melakukan pemasaran digital ke pasar-pasar tertentu, orang-orang tertentu agar orang mau datang ke Indonesia. Tapi, ini bukan hal sederhana karena kita ada sistem birokrasi sehingga tidak bisa dilakukan dengan cepat," kata Wishnutama kepada Republika.co.id, Rabu (5/2).
Ia mengungkapkan, kebijakan pemerintah untuk melarang penerbangan dari dan ke Cina demi melindungi masyarakat di Tanah Air dari virus corona. Upaya perlindungan masyarakat menjadi prioritas pemerintah untuk saat ini.
Memang, harus diakui bahwa wisatawan Cina berperan besar terhadap industri pariwisata domestik. Tahun 2019 lalu, Badan Pusat Statistik mencatat total kunjungan wisman dari Cina mencapai 2,07 juta kunjungan.
Adapun, tingkat average spending per arrival (ASPA) wisman asal Cina ke Indonesia sekitar 1.400 dolar AS per kunjungan. Dengan kata lain, dengan jumlah rata-rata 2 juta kunjungan per tahun, Indonesia berpotensi kehilangan devisa pariwisata hingga 2,8 juta dolar AS secara langsung karena tertutupnya pintu bagi wisman Cina.