REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mengeluarkan koin 50 pence untuk merayakan Inggris meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari. Koin ini harus dilebur kembali karena saat dibuat sebelumnya koin ini mencantumkan tanggal Brexit pada Oktober 2019.
Namun, Inggris gagal meninggalkan Uni Eropa tahun lalu dan diundur menjadi akhir bulan ini.
Sebanyak tiga juta koin, yang bertuliskan "Damai, kemakmuran, dan persahabatan dengan semua bangsa", akan memasuki peredaran pada Jumat (31/1) mendatang. Sementara tujuh juta koin lagi akan menyusul dalam beberapa bulan mendatang.
"Koin ini menandai awal babak baru yang menarik dalam sejarah Inggris. Mari kita menantikan dengan percaya diri dan mendorong potensi besar negara besar kita," kata Kanselir Inggris Sajid Javid, di Twitter, dilansir di Euronews, Senin (27/1).
Parlemen Eropa diperkirakan akan menyetujui kesepakatan Brexit yang ditawarkan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Rabu (29/1). Ini membuka jalan bagi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa pada Jumat (31/1).
Hampir empat tahun sejak Inggris melakukan pemilihan suara dengan selisih tipis untuk meninggalkan Uni Eropa. Dalam kurun waktu tersebut, Inggris telah memiliki dua pemilihan dan tiga perdana menteri, dengan mantan pemimpin David Cameron yang berkampanye untuk tetap di Uni Eropa, mundur setelah pemungutan suara pada tahun 2016. Sedangkan Theresa Mei mundur pada tahun 2019 yang kemudian digantikan oleh Boris Johnson.
Dalam tahun yang penuh gejolak dalam politik Inggris, Johnson di Brexit telah mengalami pembelotan dari dalam partainya sendiri. Namun, ia berhasil meraih banyak suara selama pemilihan cepat pada bulan Desember, memenangkan mayoritas besar di parlemen dan hampir menjamin bahwa ia akan dapat menarik Inggris keluar dari UE.
Setelah pemilihan, ia dengan mudah memaksa RUU Brexit-nya melalui kedua majelis parlemen dan sekarang yang tersisa adalah UE untuk menyetujuinya pada hari Rabu. Kemudian mulailah proses kompleks negosiasi kesepakatan perdagangan dengan Eropa, yang harus dicapai sebelum akhir 2020.