Kamis 23 Jan 2020 17:05 WIB

Marak Pembobolan Kartu SIM, ATSI Usul Cara Penangkalan Baru

Penggunaan biometrik dapat mencegah seseorang menggunakan data milik orang lain.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Marak Pembobolan Kartu SIM, ATSI Usul Cara Penangkalan Baru. (FOTO: Akbar Nugroho Gumay)
Marak Pembobolan Kartu SIM, ATSI Usul Cara Penangkalan Baru. (FOTO: Akbar Nugroho Gumay)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Terbobolnya rekening bank milik Ilham Bintang melalui pengambilan alih kartu SIM miliknya sontak menjadi perhatian. Tentu menjadi pertanyaan tentang bagaimana SOP yang dilakukan operator telekomunikasi sehingga hal seperti ini bisa terjadi.

Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) memberikan beberapa usulan terkait pengamanan data pengguna sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali. Usulannya adalah penggunaan biometrik untuk verifikasi pengguna.

Namun, Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) I Ketut Prihadi menolak bahwa usulan penggunaan biometrik ini baru muncul setelah kasus Ilham Bintang menyeruak.

Baca Juga: Respons Kasus Ilham Bintang, BRTI Bakal Panggil Semua Operator

"Sebenarnya kami sudah lihat dari hasil evaluasi registrasi prabayar yang lalu," ujar Ketut di Gedung Kemenkominfo, Rabu (22/1/2020).

Menurut Ketut, penggunaan biometrik dapat mencegah seseorang menggunakan data milik orang lain karena biometrik didasarkan pada sidik jari atau pengenalan rupa. Data biometrik sendiri akan disimpan dalam data pendudukan dan catatan sipil (Dukcapil).

"Data biometrik ini nanti terekam di Dukcapil, jadi nanti datanya akan terhubung dengan Dukcapil," katanya.

Baca Juga: Update Kasus Pembobolan Rekening Ilham Bintang dari Polisi

Ia menambahkan bahwa sudah ada pertemuan dengan operator-operator guna membahas penggunaan biometrik. Pertemuan itu sudah berlangsung sebanyak dua kali, menurutnya.

"Nah dengan adanya biometrik, kami harapkan akan lebih meminimalkan orang berbuat kejahatan, khususnya menggunakan data orang lain tanpa hak. Akan lebih ketat," pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement