Senin 20 Jan 2020 15:58 WIB

Sriwijaya Air Akui Drop Usai Pisah dari Garuda Indonesia

Pangsa pasar Sriwijaya Air saat ini hanya berada di kisaran 7 persen dari 10 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Logo of Sriwijaya Air (illustration)
Foto: Antara/Rezky Purwono
Logo of Sriwijaya Air (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sriwijaya Air mengaku operasional bisnisnya cukup terdampak usai mengakhiri hubungan kerja sama dengan Garuda Indonesia. Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena mengatakan maskapainya bahkan sempat mengalami penurunan pangsa pasar. 

"Kami memang banyak kendala beberapa bulan terakhir, drop cukup drastis," kata Jefferson, Senin (20/1).

Menurut Jefferson, pangsa pasar Sriwijaya Air saat ini hanya berada di kisaran tujuh persen. Padahal sebelum berpisah dari Garuda Indonesia, pangsa pasarnya mencapai 10 persen.

Sriwijaya Air pun tidak muluk-muluk menargetkannya pada tahun ini. "Yang mungkin dicapai pangsa pasar jadi 8 persen," tambah Jefferson.

Untuk mencapai target tersebut, Jefferson mengatakan Sriwijaya Air akan menyasar konsumen dari kalangan milenial. Perusahaan pun akan mengoptimalkan kapasitas yang ada. Alih-alih menambah kapasitas yang ada, Sriwijaya memilih untuk mengoperasikan kembali armada yang sempat berhenti beroperasi.

Menurut Jefferson, Sriwijaya berencana mengoperasikan lagi tiga pesawatnya pada akhir Januari ini. Sebelumnya, ketiga pesawat tersebut sempat dihentikan operasinya lantaran sedang dalam perawatan.  

Jefferson mengatakan pengoperasian tiga armada merupakan bagian dari upaya normalisasi kinerja maskapai. "Alat produksi ditingkatkan kembali ke level normal," kata Jefferson.

Saat ini, pesawat Sriwijaya Air yang beroperasi sebanyak 14 unit dari total 24 unit. Sementara pesawat NAM Air yang beroperasi berjumlah 11 unit dari total 16 unit. Hingga akhir tahun, Sriwijaya Air mematok dapat mengoperasikan 23 unit pesawat Sriwijaya Air dan 14 pesawat NAM Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement