REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Ekonomi global mengalami pertumbuhan terendah dalam satu dasawarsa, merosot menjadi 2,3 persen pada 2019. Laporan PBB menyebut, pertumbuhan yang melambat ini terjadi karena perselisihan perdagangan yang berkepanjangan.
Menurut Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia PBB 2020, proyeksi pertumbuhan global 2,5 persen pada tahun ini dimungkinan jika risiko-risiko yang ada diatasi. Akan tetapi, peningkatan ketegangan perdagangan, gejolak keuangan atau peningkatan ketegangan geopolitik dapat menggagalkan pemulihan.
"Kelemahan berkepanjangan dalam kegiatan ekonomi global dapat menyebabkan kemunduran yang signifikan untuk pembangunan berkelanjutan, termasuk tujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja yang layak untuk semua," kata laporan itu.
Aktivitas perdagangan di Kota Tua Jiddah, Arab Saudi, Sabtu (11/1).
Sementara itu, ketidaksetaraan yang meluas dan krisis iklim yang semakin dalam memicu ketidakpuasan yang tumbuh di banyak bagian dunia. "Risiko-risiko ini dapat menimbulkan kerusakan parah dan jangka panjang pada prospek pembangunan," ujarSekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan.
Di Amerika Serikat (AS), penurunan suku bunga baru-baru ini oleh Federal Reserve AS dapat memberikan dukungan untuk kegiatan ekonomi. Namun, mengingat ketidakpastian kebijakan yang terus-menerus, kepercayaan bisnis yang lemah, dan memudarnya stimulus fiskal, pertumbuhan PDB di AS diperkirakan melambat dari 2,2 persen pada 2019 menjadi 1,7 persen pada 2020.
Di Uni Eropa, manufaktur akan terus terganjal oleh ketidakpastian global. Akan tetapi, ini akan diimbangi sebagian oleh pertumbuhan stabil dalam konsumsi swasta. Sehingga, memungkinkan kenaikan moderat dalam pertumbuhan PDB Eropa dari 1,4 persen pada 2019 menjadi 1,6 persen pada 2020.
Menurut laporan itu, Asia Timur tetap menjadi wilayah dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan kontributor terbesar bagi pertumbuhan global. Di China, pertumbuhan PDB diproyeksikan turun moderat secara bertahap dari 6,1 persen pada 2019 menjadi 6,0 persen pada 2020 dan 5,9 persen pada 2021, didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal yang lebih akomodatif.
Pertumbuhan di negara-negara berkembang besar lainnya, termasuk Brazil, India, Meksiko, Rusia, dan Turki, diperkirakan akan mendapatkan momentum pada tahun ini.