Kamis 16 Jan 2020 00:14 WIB

AS-China Tanda Tangani Perjanjian Pembelian Besar-besaran

Trump dan Liu dijadwalkan menandatangani dokumen setebal 86 halaman di Gedung Putih.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Friska Yolanda
Bendera Cina dan AS. Ilustrasi.
Foto: worldwide-connect.com
Bendera Cina dan AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China akan memasuki fase baru pada Rabu (15/1). Hal ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri Cina, Lui He menandatangani kesepakatan perdagangan awal yang bertujuan untuk meningkatkan pembelian produk-produk manufaktur AS dari China.

Trump dan Liu dijadwalkan menandatangani dokumen setebal 86 halaman di Gedung Putih. Terjemahan teks ke bahasa Cina baru selesai pada Selasa sore saat Liu bertemu dengan pewakilan dagang AS, Robert Lighthizer.

Trump mulai menggembar-gemborkan kesepakatan dagang sebagai kampanye pemilihan ulangnya di 2020. Ia menyebutnya sebagai 'monster besar yang cantik' dalam rapat umum di Ohio pekan lalu.

"Petani akan menerimanya. Saya terus berkata, ayo beli traktor yang lebih besar, beli traktor yang lebih besar," kata Trump.

Inti dari kesepakatan tersebut adalah janji oleh Cina untuk membeli barang-barang AS senilai 200 miliar dolar AS. Tambahan selama dua tahun untuk memotong defisit perdagangan AS yang mencapai puncaknya sebesar 420 miliar dolar AS pada tahun 2018.

Sebuah sumber menjelaskan, China akan membeli barang-barang manufaktur AS senilai 80 miliar dolar AS tambahan selama periode dua tahun. Termasuk pesawat terbang, mobil, suku cadang mobil, mesin pertanian dan peralatan medis.

Meskipun kesepakatan itu bisa menjadi dorongan besar bagi petani, pembuat peasawat Boeing, pembuat mobil, dan produsen alat berat mempertanyakan kemampauan Cina. Khususnya untuk mengalihkan impor dari mitra dagang lainnya ke Amerika Serikat.

"Saya menemukan perubahan yang cepat dalam pengeluaran Cina itu tidak mungkin. Saya memiliki harapan kecil untuk memenuhi tujuan itu. Tapi saya pikir seluruh negosiasi telah memajukan kedua negara," kata Kepala Strategi investasi di Leuthold Group Minneapolis, Jim Paulsen. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement