Selasa 14 Jan 2020 03:51 WIB

Sebagian Besar Kerja Sama dengan UEA di Sektor Energi

Salah satu kesepakatan bisnis dengan UEA ialah pembangunan PLTS Cirata.

Presiden Joko Widodo memberi hormat sebelum bertolak ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad (12/1/2020).
Foto: Antara/HO/Laily Rachev
Presiden Joko Widodo memberi hormat sebelum bertolak ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad (12/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Emirat Arab (PEA) berinvestasi pada pengembangan bisnis di Indonesia senilai 22,89 miliar dolar AS atau Rp 314,9 triliun. Sebagian besar kerja sama ini menggarap sektor energi.

"Saya menyambut baik, hari ini 16 perjanjian kerja sama dapat dilakukan," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) usai pertemuan bilateral dengan Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata PEA Mohamed bin Zayed di Abu Dhabi, Senin (13/1) waktu setempat.

Salah satu dari kesepakatan bisnis yang akan dijalankan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat. Perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar, yang berbasis di Abu Dhabi, PEA, akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali Investasi (PJBi) membangun PLTS Terapung Cirata sebesar 145 Mega Watt Peak (MWp).

Investasi di pembangkit ini diperkirakan mencapai Rp 1,8 triliun. PLTS Terapung Cirata diproyeksikan memecahkan rekor pembangkit bertenaga surya terbesar di ASEAN setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.

Selain pengembangan Energi Baru Terbarukan, ditandatangani pula kesepakatan bisnis sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dengan Mubadala, potensi minyak mentah di Balongan antara Pertamina dengan ADNOC, hingga penyediaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) antara ADNOC dengan Pertamina.

Pada subsektor mineral, ditandatangani pula kerja sama Emirates Global Aluminium (EGA) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet. Pada masa uji coba penambahan produksi direncanakan sekitar 20 ribu ton, dimana kapasitas produksi normal saat ini mencapai 250 ribu ton.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement